Indikasi dan Dosis Rifampicin
Indikasi rifampicin atau rifampin untuk pengobatan tuberkulosis paru yang diberikan bersama dengan obat antituberkulosis lainnya. Rifampicin juga diindikasikan untuk penanganan lepra.[4,17]
Tuberkulosis Paru pada Dewasa
Rifampicin dapat digunakan untuk profilaksis tuberkulosis maupun pengobatan tuberkulosis. Dosis rifampicin sediaan kombinasi dosis tetap (fixed dose combination / FDC) untuk pengobatan tuberkulosis paru pasien dewasa ada di tabel 2 di bawah.
Tabel 2. Dosis Rifampicin FDC untuk Tuberkulosis Paru Pasien Dewasa
Berat Badan | Fase Intensif | Pilihan Regimen Fase Lanjutan | |
2 bulan tiap hari RHZE (150/75/400/275 mg) | 4 bulan tiap hari RH (150/75) | 4 bulan 3x/minggu RH (150/150) | |
30‒37 kg | 2 tablet | 2 tablet | 2 tablet |
38‒54 kg | 3 tablet | 3 tablet | 3 tablet |
55‒70 kg | 4 tablet | 4 tablet | 4 tablet |
>71 kg | 5 tablet | 5 tablet | 5 tablet |
*R: Rifampicin, H: Isoniazid, Z: Pyrazinamide, E: Etambutol
Sumber: Ria, 2019.[17]
Tuberkulosis Paru pada Anak
Untuk penanganan tuberkulosis pada anak, dosis pediatrik rifampicin sediaan FDC berdasarkan tabel 3 di bawah.
Tabel 3. Dosis Rifampicin FDC untuk Tuberkulosis Paru Pasien Anak
Berat Badan | Fase Intensif: 2 Bulan Tiap Hari RHZ (75/50/150 mg) | Fase Lanjutan: 4 Bulan Tiap Hari RH (75/50) |
5‒9 kg | 1 tablet | 1 tablet |
10‒14 kg | 2 tablet | 2 tablet |
15‒19 kg | 3 tablet | 3 tablet |
20‒32 kg | 4 tablet | 4 tablet |
*R: Rifampicin, H: Isoniazid, Z: Pyrazinamide, E: Etambutol
Sumber: Ria, 2019.[17]
Jika sediaan FDC anak tidak tersedia, dapat digunakan paket obat antituberkulosis kombipak anak dengan dosis sesuai tabel 4 di bawah.
Tabel 4. Dosis Rifampicin Kombipak untuk Tuberkulosis Paru Pasien Anak
Jenis Obat | Fase Intensif: 2 Bulan Tiap hari | Fase Lanjutan: 4 Bulan Tiap Hari | ||||
BB <10 kg | BB 10‒20 kg | BB 20‒32 kg | BB <10 kg | BB 10‒20 kg | BB 20‒32 kg | |
R | 75 mg | 150 mg | 300 mg | 75 mg | 150 mg | 300 mg |
H | 50 mg | 100 mg | 200 mg | 50 mg | 100 mg | 200 mg |
Z | 150 mg | 300 mg | 600 mg | - | - | - |
*R: Rifampicin, H: Isoniazid, Z: Pyrazinamide, E: Etambutol
Sumber: Ria, 2019.[17]
Lepra
WHO merekomendasikan pengobatan lepra dengan rifampicin sebagai paduan obat kombinasi dengan dapsone dan/atau clofazimine, berdasarkan tipe lepra yang diderita pasien, tipe pausibasiler atau multibasiler.[18]
Lepra Tipe Pausibasiler
Rifampicin untuk lepra tipe pausibasiler diberikan dengan durasi 6‒9 bulan dikombinasikan dengan dapsone. Regimen pemberian pada dewasa adalah:
- Hari pertama: 2 kapsul rifampicin 300 mg dan 1 tablet dapsone 100 mg
- Hari 2‒28: 1 tablet dapsone 100 mg
Pada anak berusia 10‒15 tahun, regimen pemberian adalah:
- Hari pertama: 1 kapsul rifampicin 150 mg,1 kapsul rifampicin 300 mg, 1 tablet dapsone 50 mg
- Hari 2‒28: 1 tablet dapsone 50 mg
Pada anak berusia 6-9- bulan, regimen pemberian adalah:
- Hari pertama: 2 kapsul rifampicin 150 mg dan 1 tablet dapsone 25 mg
- Hari 2‒28: dapsone 25 mg[18]
Lepra Tipe Multibasiler
Untuk lepra tipe multibasiler, pengobatan diberikan dengan durasi yang lebih panjang, yaitu 12‒18 bulan. Kombinasi obat yang diberikan lebih banyak, terdiri dari rifampicin, dapson, dan clofazimine.
Regimen pemberian pada dewasa adalah:
- Hari pertama: 2 kapsul rifampicin 300 mg, 3 tablet clofazimine 100 mg, dan 1 tablet dapsone 100 mg
- Hari 2‒28: 1 tablet clofazimine 50 mg, 1 tablet dapsone 100 mg
Pada anak berusia 10-15 tahun, regimen pemberian adalah:
- Hari pertama: 1 kapsul rifampicin 150 mg, 1 kapsul rifampicin 300 mg, 3 tablet clofazimine 50 mg, 1 tablet dapsone 50 mg
- Hari 2-28: 1 tablet clofazimine 50 mg, selang sehari, 1 tablet dapsone 50 mg tiap hari
Pada anak berusia 5-9 tahun, regimen pemberian adalah:
- Hari pertama: 2 kapsul rifampicin 150 mg, 3 tablet clofazimine 25 mg, 1 tablet dapsone 25 mg
- Hari 2‒28: 1 tablet clofazimine 50 mg, 2 kali seminggu
Pada balita, dosis pemberian berdasarkan berat badan sebagai berikut:
- Rifampicin: 10‒15 mg/kgBB
- Dapson: 1‒2 mg/kgBB
- Clofazimine: 1 mg/kgBB[18]
Antituberkulosis Lainnya
Pemberian rifampicin juga untuk tuberkulosis (TB) pada organ tubuh lainnya, seperti TB osteomielitis dan TB spondilitis.[2,3]
Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini