Farmakologi Lenograstim
Farmakologi lenograstim adalah sebagai rekombinan faktor stimulasi koloni granulosit (granulocyte colony-stimulating factor / G-CSF). Metabolit aktif lenograstim berperan dalam proliferasi dan diferensiasi sel progenitor neutrofil. Farmakokinetik obat ini menunjukkan karakteristik yang dipengaruhi dosis pemberian obat.[1,10]
Farmakodinamik
Perkembangan teknologi DNA rekombinan berperan dalam praktis klinis ekspresi recombinant human granulocyte colony-stimulating factor (rHUG-CSF). Lenograstim identik dengan asam amino yang memiliki struktur sistematis seperti yang diproduksi oleh granulocyte colony-stimulating factor (G-CSF) secara endogen. G-CSF mengatur produksi dari lineage neutrofil. Kadar neutrofil yang bersirkulasi bersifat dose-dependent karena reduksi masa transit dari sel induk menjadi neutrofil matur.[1,10-12]
Lenograstim bekerja dengan cara mengikat dan mengaktifkan reseptor sel, serta menstimulasi proliferasi dan diferensiasi sel progenitor neutrofil sehingga akan meningkatkan jumlah neutrofil absolut. Selain itu, lenograstim juga berperan dalam regulasi fungsi sel hematopoietik, yaitu menstimulasi proliferasi koloni granulosit dan makrofag, mendiferensiasi eosinofil, mensupresi sitokin proinflamasi, dan meningkatkan sekresi IL-10 (interleukin 10).[12-14]
Efek teurapetik lenograstim adalah peningkatan neutrofil dan aktivasi fagositik, penurunan adhesi molekul, dan aktivasi reseptor kemokin yang normal. Lenograstim menginduksi proliferasi neutrofil sehingga terjadi peningkatan yang nyata kadar neutrofil darah perifer pada penderita neutropenia.[1,3,16]
Peningkatan jumlah neutrofil sekitar 1−10 µg/kg/hari, tergantung pada dosis. Pemberian lenograstim dengan dosis 5 µg/kg/hari secara berulang menyebabkan peningkatan respons neutrofil.[1,3,16]
Farmakokinetik
Farmakokinetik lenograstim, meliputi absorpsi, distribusi, metabolisme, dan eliminasi, tergantung dari dosis dan rute pemberian obat. Sediaan lenograstim adalah bubuk injeksi yang dapat diberikan secara subkutan atau intravena.[1,3,15]
Absorpsi
Lenograstim dapat diberikan melalui injeksi intravena atau subkutan. Puncak kadar serum berbanding lurus dengan dosis yang diberikan. Tidak terdapat bukti klinis yang menunjukkan akumulasi serum level setelah pemberian obat lenograstim berulang, baik pemberian injeksi intravena maupun subkutan.[3,15,16]
Absorpsi Injeksi Subkutan:
Bioavailabilitas absolut lenograstim yang injeksi subkutan, dengan dosis 2−5 μg/kgBB, adalah sekitar 30%. Puncak konsentrasi plasma pada individu sehat, dengan dosis 5 µg/kg/hari, bertahan selama 24 jam.[3,15,16,20]
Absorpsi Injeksi Intravena:
Puncak konsentrasi plasma pada individu sehat, dengan dosis 5 µg/kg/hari, bertahan selama lebih dari 8 jam. Bioavailabilitas absolut sekitar 30%.[3,15,16,20]
Distribusi
Volume distribusi obat lenograstim (Vd area) mencapai 52 ± 5 mL/kgBB. Apparent volume distribusi (Vdss) sekitar 1 L/kgBB, dengan waktu residu rerata mendekati 7 jam setelah pemberian secara subkutan maupun intravena.[3,15,16]
Metabolisme
Mekanisme biotransformasi obat lenograstim belum dapat dipahami sepenuhnya. Lenograstim mengalami biotransformasi di hepar menjadi peptida. Beberapa studi terbaru menunjukkan bahwa obat ini mengalami mekanisme degradasi oleh enzim hepatik dan enzim proteolitik seperti halnya degradasi pada neutrofil matur.[1,3,15]
Eliminasi
Sekitar 1% obat lenograstim diekskresikan melalui urin dalam bentuk obat yang tidak berubah atau senyawa utuh. Rendahnya kadar obat lenograstim yang diekskresikan ginjal disebabkan oleh adanya biotransformasi lenograstim menjadi peptida.[1,3,15]
Tidak terdapat perbedaan waktu paruh eliminasi obat lenograstim pada individu sehat dan pasien kanker. Waktu paruh eliminasi (t½β) lenograstim injeksi subkutan adalah 2,3−3,3 jam pada individu sehat, dan 2,8−7,5 jam pada pasien kanker. Sedangkan t½β pemberian intravena adalah 0,8−2,1 jam pada individu sehat, dan 1,1−4,0 jam pada pasien kanker.[3,15,16]
Klirens plasma dari lenograstim meningkat 3 kali lipat, yaitu dari 50 menjadi 150 mL/menit selama pemberian dosis ulangan melalui injeksi subkutan.[3,15,16]
Toksisitas
Sebuah studi toksisitas yang dilakukan oleh Lee et al, pada tikus yang diberikan injeksi intravena lenograstim 1000 μg/kgBB/hari selama 4 minggu, menunjukkan gejala klinis edema pada tungkai dan peningkatan ukuran limpa pada temuan necropsy. Pada pemeriksaan histopatologi, ditemukan peningkatan erythroid dan hematopoiesis ekstramedular myeloid pada limpa. Pemberian lenograstim pada manusia dengan dosis hingga 40 μg/kgBB/hari tidak dikaitkan dengan efek toksisitas, kecuali timbulnya efek samping myalgia dan arthralgia.[1,24]