Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Alergi Makanan general_alomedika 2024-08-26T09:48:58+07:00 2024-08-26T09:48:58+07:00
Alergi Makanan
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Alergi Makanan

Oleh :
dr. Paulina Livia Tandijono
Share To Social Media:

Etiologi alergi makanan disebabkan oleh respon sistem imun terhadap protein makanan. Reaksi alergi makanan akibat kandungan makanan non-protein lebih jarang dijumpai. Alergen makanan berupa glikoprotein larut air yang tidak dapat dipecah dan mudah bergerak melewati permukaan mukosa usus.

Seharusnya, setelah konsumsi makanan terjadi reaksi non-inflamasi yang dikenal sebagai toleransi oral. Namun, proses toleransi dapat terganggu sehingga muncul respon imun. Gangguan proses toleransi diduga disebabkan oleh faktor lingkungan dan genetik.

Terdapat lebih dari 170 bahan makanan yang dilaporkan dapat menyebabkan alergi, terutama golongan protein. Pada bayi dan anak kecil, bahan makanan yang sering menyebabkan alergi, antara lain susu, kedelai, telur, kacang, dan tepung. Pada remaja dan dewasa bahan makanan yang sering menyebabkan alergi adalah kacang, makanan laut bercangkang, dan seafood.[1,4]

Reaksi Silang

Reaksi silang atau cross reactivity terjadi akibat kemiripan bentuk protein antar jenis makanan. Misalnya, jika seseorang alergi terhadap susu sapi, kemungkinan juga alergi terhadap susu kambing. Beberapa jenis makanan yang sering menimbulkan reaksi silang, antara lain:

  • Susu sapi dan susu kambing, lebih dari 90%
  • Antar jenis ikan, lebih dari 50%
  • Tepung dan produk tepung, 25%
  • Susu sapi dan daging sapi sekitar 10%
  • Telur dan daging ayam, kurang dari 5%
  • Kedelai dan kacang-kacangan lainnya, kurang dari 5% [5]

Faktor Risiko

Faktor risiko terjadinya alergi makanan terbagi menjadi faktor yang tidak dapat dimodifikasi, seperti genetik, dan faktor yang dapat dimodifikasi, misalnya pola makan dan gaya hidup.

Faktor Risiko Tidak Dapat Dimodifikasi

Beberapa faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi, antara lain:

  • Faktor genetik, misalnya memiliki lokus gen spesifik alergi kacang pada regio gen HLA-DR dan HLA-DQ
  • Riwayat atopik, seperti asma atau dermatitis atopik, baik pada keluarga maupun pada pasien sendiri
  • Jenis kelamin, yaitu anak laki-laki lebih berisiko mengalami alergi makanan. Namun pada populasi dewasa, perempuan lebih berisiko mengalami alergi makanan
  • Ras, yaitu bahwa reaksi alergi lebih banyak ditemukan pada orang Asia dan kulit hitam dibanding kulit putih[12]

Faktor Risiko Dapat Dimofifikasi

Faktor risiko dapat dimodifikasi yang berperan dalam terjadinya alergi, antara lain:

  • Pola makan, seperti kurang konsumsi antioksidan yang berasal dari sayur-sayuran dan buah-buahan, serta konsumsi vitamin D yang kurang atau berlebihan
  • Obesitas, yang menyebabkan keadaan inflamasi pada tubuh

  • Gaya hidup, seperti higienitas yang kurang baik
  • Waktu paparan terhadap makanan yang lebih lambat, sehingga meningkatkan risiko sensitisasi dan alergi[1,3]

Faktor yang Berhubungan dengan Keparahan Alergi

Tidak semua orang yang pemeriksaan IgE antibodi spesifik makanannya positif akan mengalami reaksi alergi setelah mengonsumsi makanan tertentu. Beberapa faktor yang menyebabkan munculnya gejala, antara lain jumlah dan sensitivitas sel mast yang ada pada saluran pencernaan, serta ambang aktivasi IgE dan sensitivitas jaringan target terhadap mediator sel mast.[1]

Selain itu, terdapat faktor-faktor lain yang berpengaruh, di antaranya penurunan ambang terhadap sel mast dan basofil, yang menyebabkan reaksi semakin berat, serta konsumsi alkohol, obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS), misalnya aspirin atau ibuprofen, siklus menstruasi, olahraga, dan infeksi virus. Sedangkan faktor risiko terjadinya reaksi alergi berat, seperti anafilaksis, di antaranya riwayat asma, riwayat anafilaksis, dan pemberian epinefrin yang terlambat.[1,6]

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

1. Renz H, Allen KJ, Sicherer SH, Sampson HA, Lack G, Beyer K, Oettgen HC. Food allergy. Nat Rev Dis Primers. 2018 Jan 4;4:17098. doi: 10.1038/nrdp.2017.98.
3. Ho MH, Wong WH, Chang C. Clinical spectrum of food allergies: a comprehensive review. Clin Rev Allergy Immunol. 2014 Jun;46(3):225-40. doi: 10.1007/s12016-012-8339-6 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/23229594
4. National Institute for Health and Care Excellence. Food allergy in under 19s: assessment and diagnosis. https://www.nice.org.uk/guidance/cg116/chapter/1-Guidance , 2011
5. Sicherer SH. Food Allergies. Medscape. 2020 https://emedicine.medscape.com/article/135959-overview#a5
6. Lopez CM, Yarrarapu SNS, Mendez MD. Food Allergies. StatPearls. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482187/
12. Sicherer, Scott H.; Sampson, Hugh A. Food allergy: A review and update on epidemiology, pathogenesis, diagnosis, prevention, and management. Journal of Allergy and Clinical Immunology. 2018;141(1): 41–58. doi:10.1016/j.jaci.2017.11.003

Patofisiologi Alergi Makanan
Epidemiologi Alergi Makanan

Artikel Terkait

  • Peran Formula Hidrolisat Parsial terhadap Pencegahan Alergi pada Anak
    Peran Formula Hidrolisat Parsial terhadap Pencegahan Alergi pada Anak
  • Pengaruh Sectio Caesarea Terhadap Prevalensi Alergi Anak
    Pengaruh Sectio Caesarea Terhadap Prevalensi Alergi Anak
  • Efek Berbahaya MSG bagi Kesehatan
    Efek Berbahaya MSG bagi Kesehatan
  • Membedakan Alergi Makanan dan Intoleransi Makanan
    Membedakan Alergi Makanan dan Intoleransi Makanan
  • Omalizumab untuk Penanganan Berbagai Alergi Makanan
    Omalizumab untuk Penanganan Berbagai Alergi Makanan

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 01 April 2024, 08:11
Bagaimana prosedur desensitisasi alergi makanan
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Untuk pasien alergi makanan, bagaimana prosedur desensitisasi yang bisa dilakukan sendiri dan relatif tidak beresiko tinggi?Saya ada pasien yang alergi nya...
Anonymous
Dibalas 25 Mei 2023, 11:05
Pemeriksaan IgG food sensitivity
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alodokter, izin bertanya. Wanita muda dengan keluhan muncul jerawat dan gangguan pencernaan seperti bab cair setelah konsumsi keju atau susu. Pasien ini...
Anonymous
Dibalas 19 Januari 2022, 13:15
Cara membedakan alergi dan intoleransi makanan - Anak Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Joko Kurniawan, M.Sc., Sp.ABagaimanakah cara membedakan anak yang mengalami alergi makanan dan intoleransi makanan? Terima kasih dok.

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.