Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Alergi Makanan general_alomedika 2024-08-26T09:48:34+07:00 2024-08-26T09:48:34+07:00
Alergi Makanan
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Alergi Makanan

Oleh :
dr. Paulina Livia Tandijono
Share To Social Media:

Penatalaksanaan alergi makanan dibedakan menjadi dua, yaitu mengatasi gejala alergi akut dan mencegah terjadinya reaksi alergi. Pengobatan gejala akut dilakukan dengan menggunakan epinefrin atau antihistamin. Sedangkan, pencegahan reaksi alergi yang terbaik adalah dengan menghindari paparan alergen.[2,4,5,8]

Penatalaksanaan Alergi Makanan Reaksi Akut

Pada pasien dengan gejala yang lokal, seperti mulut gatal atau urtikaria lokal, dapat dengan antihistamin oral, misalnya difenhidramin 25–50 mg setiap 6–8 jam, cetirizine 5–10 mg/hari, atau loratadine 10-20 mg/hari.[5,8]

Sementara pasien dengan anafilaksis, dapat diberikan epinefrin dari larutan 1:1000, dengan dosis dewasa sebesar 0,3–0,5 mL dan dosis anak sebesar 0,01 mL/kg BB. Epinefrin diberikan secara intramuskular, dan dapat diulang setelah 10–15 menit. Selain itu, dapat ditambah antihistamin parenteral, misalnya difenhidramin 10–50 mg IV/IM setiap 6–8 jam.[5,8]

Pada pasien dengan riwayat anafilaksis sebaiknya diberikan epinefrin self-injectable, serta instruksi tertulis mengenai cara mengatasi alergi jika tidak sengaja menelan alergen. Pasien juga perlu mengenali tanda-tanda anafilaksis, misalnya angioedema, lidah bengkak, sesak di dada, perubahan suara napas, suara serak, dan rasa seperti tersedak.[16,19]

Pencegahan Reaksi Alergi Makanan

Menghindari paparan dengan makanan yang sudah dipastikan menyebabkan alergi, baik secara tertelan, kontak kulit, maupun inhalasi. Kontak secara inhalasi dapat terjadi karena protein dapat menguap selama proses pengolahan, misalnya pada asap dari proses menggoreng atau mengukus, atau alergennya mudah terhirup misalnya tepung.[5,7]

Selama proses pengolahan dan penyajian, tidak boleh ada kontak dengan makanan penyebab alergi. Jenis makanan yang diduga memiliki reaksi silang dengan makanan penyebab alergi juga dihindari. Reaksi silang sering ditemukan pada susu sapi dan susu kambing, antar jenis ikan, gandum dan biji-bijan lain, antar kacang-kacangan, serta sapi dan susu sapi.[5,7]

Pada anak-anak, pembatasan jenis makanan dapat menyebabkan gangguan pertumbuhan. Oleh karena itu, dapat diberikan jenis makanan lain yang tidak menyebabkan alergi, tetapi memiliki jenis dan jumlah nutrisi yang mirip.[5,7]

Setelah 1–2 tahun menghindari makanan penyebab alergi, 2/3 pasien mengalami toleransi. Disarankan untuk mencoba kembali makanan tersebut setelah 1–3 tahun. Namun, semakin tua usia terjadinya alergi, semakin kecil pula kemungkinan terjadi toleransi.[5–8]

Imunoterapi

Imunoterapi merupakan pemberian alergen makanan secara bertahap untuk meningkatkan ambang toleransi terhadap makanan tersebut. Beberapa metode pemberian imunoterapi, antara lain epicutaneous (EPIT), sublingual (SLIT), dan oral OIT). Pemberian OIT menunjukkan hasil yang lebih baik dibandingkan EPIT dan SLIT, tetapi juga menyebabkan efek samping yang lebih banyak.[12,20]

Sebagian penelitian mengenai imunoterapi ditujukan terhadap alergi kacang, sebab alergi kacang banyak ditemukan, dan berpotensi menyebabkan anafilaksis.[20]

Imunoterapi untuk Alergi Kacang

Imunoterapi untuk alergi kacang/peanut telah disetujui penggunaannya oleh Food and Drug Therapy (FDA) pada tahun 2020. Bubuk kacang allergen oral dapat meringankan reaksi alergi, termasuk anafilaksis, yang terjadi karena tidak sengaja terpapar kacang.

Berdasarkan uji klinis, 67,2% pasien usia 4–17 tahun yang berada di kelompok perlakuan mampu mengonsumsi protein kacang 600 mg atau lebih pada food challenge di akhir uji klinis. Namun, efikasi ini tidak terlihat pada peserta yang berusia 18 tahun atau lebih.[5]

Omalizumab juga telah diujikan sebagai imunoterapi pada pasien dengan alergi makanan multiple. Obat ini dilaporkan efektif dibandingkan plasebo.

Imunoterapi untuk Alergi Telur

Tinjauan sistematis dari Cochrane pada tahun 2018 mengkaji efektivitas imunoterapi oral dan sublingual untuk telur selama 1–2 tahun. Pada akhir penelitian, didapatkan hampir seluruh peserta mengalami peningkatan toleransi konsumsi telur. Namun, hampir seluruh peserta yang mendapat imunoterapi mengalami kejadian tidak diinginkan, terutama berkaitan dengan reaksi alergi. Sejumlah 1 dari 12 anak mengalami reaksi alergi berat yang membutuhkan epinefrin.

Dari studi, imunoterapi oral dan sublingual untuk telur terbukti efektif. Namun, mempertimbangkan kemungkinan beratnya efek samping yang terjadi, rekomendasi pemberian imunoterapi untuk telur masih kontroversial.[21]

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

2. National Institute of Allergy and Infectious Disease. Guidelines for the Diagnosis and Management of Food Allergy in the United States. 2010 https://www.foodallergy.org/sites/default/files/migrated-files/file/niaid-clinician-summary.pdf
4. National Institute for Health and Care Excellence. Food allergy in under 19s: assessment and diagnosis. https://www.nice.org.uk/guidance/cg116/chapter/1-Guidance , 2011
5. Sicherer SH. Food Allergies. Medscape. 2020 https://emedicine.medscape.com/article/135959-overview#a5
7. Delves PJ. Food Allergy. MSD Manual. 2020 http://www.msdmanuals.com/professional/immunology-allergic-disorders/allergic,-autoimmune,-and-other-hypersensitivity-disorders/food-allergy
8. Siregar SP. Sari Pediatri, 2001; 3(3): 168-174
16. Burks W. Patient education: Food allergy symptoms and diagnosis (Beyond the Basics). UpToDate. 2022 https://www.uptodate.com/contents/food-allergy-symptoms-and-diagnosis-beyond-the-basics/print
17. Malik TF, Panuganti KK. Lactose Intolerance. StatPearls. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532285/
18. Patti MG. Gastroesophageal Reflux Disease. Medscape. 2021 https://emedicine.medscape.com/article/176595-workup#c1
19. Kelso MJ. Patient education: Anaphylaxis symptoms and diagnosis (Beyond the Basics). UpToDate. 2021 https://www.uptodate.com/contents/anaphylaxis-symptoms-and-diagnosis-beyond-the-basics?topicRef=374&source=see_link#H2
20. Macdougall JD, Burks AW, Kim EH. Current Insights into Immunotherapy Approaches for Food Allergy. Immunotargets Ther. 2021 Jan 27;10:1-8. doi: 10.2147/ITT.S266257.
21. Romantsik O, Tosca MA, Zappettini S, Calevo MG. Oral and sublingual immunotherapy for egg allergy. Cochrane Database Syst Rev. 2018 Apr 20;4(4):CD010638. doi: 10.1002/14651858.CD010638.pub3.

Diagnosis Alergi Makanan
Prognosis Alergi Makanan

Artikel Terkait

  • Peran Formula Hidrolisat Parsial terhadap Pencegahan Alergi pada Anak
    Peran Formula Hidrolisat Parsial terhadap Pencegahan Alergi pada Anak
  • Pengaruh Sectio Caesarea Terhadap Prevalensi Alergi Anak
    Pengaruh Sectio Caesarea Terhadap Prevalensi Alergi Anak
  • Efek Berbahaya MSG bagi Kesehatan
    Efek Berbahaya MSG bagi Kesehatan
  • Membedakan Alergi Makanan dan Intoleransi Makanan
    Membedakan Alergi Makanan dan Intoleransi Makanan
  • Omalizumab untuk Penanganan Berbagai Alergi Makanan
    Omalizumab untuk Penanganan Berbagai Alergi Makanan

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 01 April 2024, 08:11
Bagaimana prosedur desensitisasi alergi makanan
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Untuk pasien alergi makanan, bagaimana prosedur desensitisasi yang bisa dilakukan sendiri dan relatif tidak beresiko tinggi?Saya ada pasien yang alergi nya...
Anonymous
Dibalas 25 Mei 2023, 11:05
Pemeriksaan IgG food sensitivity
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alodokter, izin bertanya. Wanita muda dengan keluhan muncul jerawat dan gangguan pencernaan seperti bab cair setelah konsumsi keju atau susu. Pasien ini...
Anonymous
Dibalas 19 Januari 2022, 13:15
Cara membedakan alergi dan intoleransi makanan - Anak Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Joko Kurniawan, M.Sc., Sp.ABagaimanakah cara membedakan anak yang mengalami alergi makanan dan intoleransi makanan? Terima kasih dok.

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.