Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Angina Pektoris general_alomedika 2024-04-15T15:18:25+07:00 2024-04-15T15:18:25+07:00
Angina Pektoris
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Angina Pektoris

Oleh :
dr.Eva Naomi Oretla
Share To Social Media:

Diagnosis angina pektoris diawali dengan keluhan nyeri di area dada yang nantinya akan dikonfirmasi dengan hasil dari pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi laboratorium, elektrokardiografi (EKG), dan radiologi termasuk angiografi koroner.[1-6]

Anamnesis

Pasien angina pektoris memiliki gejala nyeri dada yang bervariasi, baik intensitas, frekuensi, dan kualitas nyeri. Dokter harus mengevaluasi nyeri dada yang dirasakan oleh pasien melalui anamnesis.[1-3,5]

Beberapa hal penting yang perlu ditanyakan untuk mengevaluasi pasien angina pektoris adalah riwayat serangan angina atau nyeri dada; riwayat penyakit jantung, dislipidemia, hipertensi, atau diabetes melitus pada pasien maupun keluarga pasien; serta gaya hidup dan pola diet sehari-hari pasien.[5,6,9,11]

Keluhan Angina Pektoris Stabil

  • Lokasi dan jenis nyeri: lokasi tersering di dada substernal (nyeri retrosternal), yang dapat menjalar ke leher, rahang, bahu kiri hingga lengan kiri, pergelangan dan jari-jari tangan, serta punggung/pundak kiri. Nyeri juga dapat bermanifestasi sebagai rasa tidak nyaman di epigastrium.
  • Durasi nyeri: ±10 menit hingga <20 menit
  • Kuantitas nyeri: nyeri yang pertama kali muncul terasa agak nyata sampai <20 menit. Kemudian, nyeri hilang timbul dengan intensitas yang semakin bertambah
  • Kualitas nyeri: nyeri terasa tumpul, di mana pasien merasa dada seperti tertindih benda berat, diremas, atau dada seperti mau pecah. Nyeri timbul saat beraktivitas
  • Faktor yang memperberat keluhan nyeri: aktivitas fisik dan stres emosional
  • Faktor yang memperingan keluhan nyeri: beristirahat dan nyeri mungkin hilang sesudah pasien mendapatkan nitrogliserin sublingual

  • Keluhan tambahan: keringat dingin, sesak napas, dan pasien merasa takut/cemas seperti akan meninggal[9-11]

Keluhan Angina Pektoris Tidak Stabil

  • Lokasi dan jenis nyeri: nyeri retrosternal dan dapat menjalar ke leher, rahang, bahu kiri hingga lengan kiri, pergelangan dan jari-jari tangan, serta punggung/pundak kiri. Nyeri juga dapat bermanifestasi sebagai rasa tidak nyaman di epigastrium
  • Durasi nyeri: ≤ 20 menit
  • Kuantitas nyeri ? nyeri yang pertama kali muncul terasa sangat nyata, hebat, dan jelas hingga ≥20 menit, terutama bila tidak ada penggunaan obat analgesik ataupun nitrat. Intensitas nyeri semakin lama semakin bertambah berat
  • Kualitas nyeri: nyeri terasa tumpul tetapi hebat. Pasien merasa dada seperti tertindih benda berat, nyeri seperti diremas, atau dada seperti mau pecah. Nyeri timbul saat pasien beristirahat atau aktivitas minimal
  • Faktor yang memperberat keluhan nyeri: aktivitas fisik dan stres emosional.
  • Faktor yang memperingan keluhan nyeri: dapat berkurang hingga hilang sesudah pasien mendapatkan obat nitrogliserin sublingual
  • Keluhan tambahan: keringat dingin, sesak napas, mual, dan muntah[9-11]

Keluhan Non ST Elevation Myocardial Infarction (NSTEMI)

  • Lokasi dan jenis nyeri, kuantitas, kualitas, faktor yang memperberat, maupun memperingan nyeri serta keluhan tambahan sama dengan angina tidak stabil
  • Nyeri pada NSTEMI dirasakan lebih berat dengan durasi nyeri ≥20 menit[9-11]

Pemeriksaan Fisik

Tidak terdapat temuan yang khas pada pemeriksaan fisik pasien dengan angina pektoris. Seringkali dokter mendapatkan hasil pemeriksaan fisik yang normal. Namun, beberapa abnormalitas pada pemeriksaan fisik yang terkait dengan nyeri dada pada angina pektoris adalah:

  • Auskultasi jantung: gallop hingga murmur, dan split S2 paradoksal

  • Auskultasi paru: ronkhi basah di bagian basal paru (yang dapat menghilang lagi pada saat nyeri sudah berhenti)
  • Tanda-tanda aterosklerosis umumnya, seperti sklerosis arteri karotis, aneurisma abdominal, sertanadi yang tidak teraba pada regio dorsalis pedis maupun tibialis posterior[6,9,11,18]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding yang dapat dipertimbangkan pada angina pektoris adalah penyakit yang memiliki gambaran klinis hampir sama, seperti perikarditis akut, gastritis akut, dan diseksi aorta.[9,11,19-21]

Perikarditis Akut

Perikarditis akut ditandai dengan gejala kardinal nyeri dada perikarditis, yang dapat menjalar ke punggung, leher, bahu kiri atau lengan. Gejala kardinal tersebut dapat disertai dengan demam intermiten, dispnea atau takipnea, batuk, dan terkadang disfagia. Pemeriksaan fisik pada perikarditis akut yang patognomonik adalah pericardial friction rub.[9,19]

Pericardial friction rub terdengar pada saat auskultasi di regio tepi sternum kiri atau apeks selama fase ekspirasi akhir, dengan posisi pasien duduk bersandar. Namun, tanda ini  umumnya terjadi pada sekitar 50% kasus perikarditis akut, sehingga auskultasi serial mungkin diperlukan.[9,19]

Gastritis Akut

Pasien gastritis akut dapat mengalami distress epigastrium, yaitu rasa tertekan, terbakar, atau nyeri di regio epigastrium. Distress epigastrium pada pasien gastritis dapat disertai dengan mual dan atau muntah. Umumnya rasa tidak nyaman pada epigastrium dapat membaik atau memburuk dengan makan.[9,20]

Temuan pada pemeriksaan fisik pasien gastritis seringkali normal, meskipun nyeri tekan maupun nyeri ketuk pada epigastrium dapat ditemukan pada pemeriksaan fisik abdomen. Hasil temuan pemeriksaan fisik dan penunjang  cenderung menunjukkan lebih banyak abnormalitas, karena pasien mengalami komplikasi sehubungan dengan gastritis.[9,20]

Diseksi Aorta

Diseksi aorta disebabkan oleh pemisahan lapisan dinding aorta akibat robekan pada lapisan intima, yang menyebabkan progresivitas diseksi secara proksimal ataupun retrograde. Gejala klinis diseksi aorta meliputi nyeri dada yang sangat hebat yang terjadi secara tiba-tiba, defisit nadi, dan dapat ditemukan juga adanya murmur diastolik pada auskultasi jantung.[9,21]

Selain itu, pada diseksi aorta dapat ditemukan nyeri dada dengan temuan gangguan neurologis, kombinasi nyeri dada dan nyeri perut, atau nyeri dada disertai kelemahan tungkai atau parestesia.[9,21]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada angina pektoris dilakukan untuk menegakkan diagnosis dan menyingkirkan diagnosis banding. Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan adalah EKG, laboratorium, radiologi (rontgen toraks ataupun MRI), ekokardiografi, dan uji latih.[17,22]

Pemeriksaan EKG

Pemeriksaan elektrokardiografi (EKG) sangat penting untuk menegakkan diagnosis angina pektoris, terutama untuk angina pektoris tidak stabil. Pemeriksaan EKG juga dapat berperan dalam stratifikasi risiko pasien angina pektoris tidak stabil.[17,22]

Abnormalitas hasil EKG ditemukan hampir 50% dari pasien angina pektoris. Berikut abnormalitas EKG yang khas ditemui pada angina pektoris:

  • Temuan EKG angina pektoris stabil: kelainan pada segmen ST-T yang sesuai dengan iskemia miokardium
  • Temuan EKG angina pektoris tidak stabil (NSTEMI): depresi segmen ST yang baru menunjukkan adanya iskemia akut, sedangkan gelombang T negatif sebagai tanda iskemia atau NSTEMI
  • Gambaran EKG lainnya yang tidak khas, seperti aritmia, bundle branch block, bifaskular atau trifaskular blok, juga dapat ditemukan dan mengindikasikan adanya kelainan kardiovaskular yang menyertai[22,24]

Pemeriksaan EKG serial sangat diperlukan untuk memastikan dinamika perubahan segmen ST, khususnya pada kasus iskemia akibat vasospasme koroner.[17,22]

Rontgen Toraks

Rontgen toraks merupakan pemeriksaan radiologi awal yang rutin dilakukan pada pasien angina pektoris. Pemeriksaan ini berperan untuk mengidentifikasi adanya kongesti pulmonal pada pasien angina pektoris tidak stabil (NSTEMI) luas, yaitu yang melibatkan ventrikel kiri sehingga terjadi disfungsi ventrikel kiri.[17,24,25]

Selain itu, rontgen toraks juga dapat melihat adanya kalsifikasi koroner maupun katup jantung, dan kelainan paru lainnya untuk menyingkirkan diagnosis banding.[17,24,25]

Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium pada angina pektoris meliputi pemeriksaan enzim jantung, darah lengkap, dan profil lipid, dengan penjelasan sebagai berikut:

  • Pemeriksaan enzim jantung: pada angina pektoris stabil, biomarker jejas miokardium (seperti troponin T atau I) dapat batas yang normal, di mana peningkatan mengindikasikan adanya infark miokard akut.
  • Pemeriksaan darah lengkap: untuk mengidentifikasi faktor risiko yang dapat memicu terjadinya iskemia, seperti anemia, inflamasi/infeksi, dan peningkatan kadar glukosa plasma atau
  • Pemeriksaan profil lipid: meliputi kolesterol total, lipoprotein densitas rendah (LDL), lipoprotein densitas tinggi (HDL), dan trigliserida, yang perlu dievaluasi untuk menentukan profil risiko pasien dan penentuan penatalaksanaan lanjutan[17,22,24,25]

Ekokardiografi

Pemeriksaan ekokardiografi dapat menentukan luasnya iskemia, terutama bila dilakukan pada saat nyeri dada berlangsung pada pasien angina pektoris. Selain itu, ekokardiografi juga dapat mendeteksi adanya gangguan faal ventrikel kiri, insufisiensi mitral, dan abnormalitas gerakan dinding regional jantung.[17,22,24,25]

MRI Jantung

Pemeriksaan magnetic resonance imaging (MRI) jantung dapat dilakukan apabila ada kecurigaan gangguan fungsi ventrikel dan kelainan struktur jantung. Pemeriksaan MRI jantung direkomendasikan pada pasien yang telah menjalani ekokardiografi dengan hasil inklusif dan tidak memiliki kontraindikasi terhadap pemeriksaan ini.[22,24]

Uji Latih Jantung (ULJ)

ULJ merupakan pemeriksaan yang menggunakan treadmill atau ergometer sepeda yang dilengkapi dengan pemantauan EKG 12 sadapan. ULJ dapat memicu munculnya kelainan pada EKG yang bersifat diagnostik pada penyakit jantung koroner, seperti depresi segmen ST ≥0,1 mV yang berdurasi 0,06-0,08 detik dan didahului titik J pada satu sadapan atau lebih.[22,24,25]

Selain itu, ULJ juga bermanfaat untuk menilai efikasi terhadap farmakoterapi maupun revaskularisasi, serta menentukan peresepan latihan fisik yang aman setelah gejala angina terkendali.[22,24,25]

Angiografi koroner

Pemeriksaan angiografi koroner dapat dipertimbangkan pada pasien yang tidak dapat menjalani uji latih jantung, memiliki fraksi ejeksi ventrikel kiri/ LVEF <50% disertai angina tipikal. Angiografi koroner juga dapat mendukung stratifikasi risiko secara non-invasif untuk menentukan perlu atau tidaknya tindakan revaskularisasi. [24,25]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Sunita

Referensi

1. Ford T J, Berry C. Angina: contemporary diagnosis and management. Heart. 2020;106:387–398 DOI:10.1136/heartjnl-2018-314661
2. Gulati M, Levy P D, et al. 2021 AHA/ACC/ASE/CHEST/SAEM/SCCT/SCMR Guideline for the Evaluation and Diagnosis of Chest Pain: A Report of the American College of Cardiology/American Heart Association Joint Committee on Clinical Practice Guidelines. Circulation. 2021;144:e368–e454 DOI: 10.1161/CIR.0000000000001029
3. Nakano S, Kohsaka S, et al. JCS 2022 Guideline Focused Update on Diagnosis and Treatment in Patients With Stable Coronary Artery Disease. Circulation Journal. 2022;0:1-34 DOI:10.1253/circj.CJ-21-1041
4. Ford T J, Corcoran D, Berry C. Stable coronary syndromes: pathophysiology, diagnostic advances and therapeutic need. Heart. 2018;104:284–292
5. Bolatkale M, Acara AC. A Novel Index for Prompt Prediction of Severity in Patients with Unstable Angina Pectoris. Emergency Medicine International. 2020;7651610:1-7 DOI: https://doi.org/10.1155/2020/7651610
6. Thomsett R, Cullen L. The assessment and management of chest pain in primary care A focus on acute coronary syndrome. AJGP. 2018;47(5):246-251
7. Levy BI, Heusch G, Camici PG. The many faces of myocardial ischaemia and angina. Cardiovascular Research. 2019;115:1460–1470 DOI:10.1093/cvr/cvz160
8. Aydin F, Aksit E, et al. Chest pain score: a novel and practical approach to angina pectoris. A diagnostic accuracy study. Sao Paulo Med J. 2019;137(1):54-9 DOI: 10.1590/1516-3180.2018.0238101218
9. Alaeddini J. Angina Pectoris. Medscape. 2018. https://emedicine.medscape.com/article/150215-overview#a3
10. Tamargo J, Lopez-Sendon J. Ranolazine: a better understanding of its pathophysiology and patient profile to guide treatment of chronic stable angina. Future Cardiol. 2022;18(3):235–251
11. Hermiz C, Sedhai YR. Angina. StatPearls. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK557672/
12. The British Journal of Cardiology. Epidemiology Angina. BJC. 2020. https://bjcardio.co.uk/2020/04/angina-module-1-epidemiology-2/
13. Malta DC, Pinheiro PC, et al. Prevalence of Angina Pectoris and Associated Factors in the Adult Population of Brazil: National Survey of Health, 2019. REV BRAS EPIDEMIOL. 2021;24:E210012.SUPL.2 DOI: https://doi.org/10.1590/1980-549720210012.supl.2
14. Center for Disease Control and Prevention. Heart Disease Facts. CDC. 2022. https://www.cdc.gov/heartdisease/facts.htm
15. Diputra MDR, Wita IW, Aryadana W. Karakteristik Penderita Sindroma Koroner Akut di RSUP Sanglah Denpasar Tahun 2016. E-Jurnal Medika. 2018;7(10):1-10
16. Suling FRW, Patricia MI, Suling TE. Prevalensi dan Faktor Risiko Sindrom Koroner Akut di Rumah Sakit Umum Universitas Kristen Indonesia. Majalah Kedokteran UKI. 2018;34(3):110-114
17. Dancy L, et al. New NICE guidelines for the management of stable angina. British Journal of General Practice 2018;68:202–203 DOI: https://doi.org/10.3399/bjgp18X695693
18. Knuuti J, Wijns W, et al. 2019 ESC Guidelines for the diagnosis and management of chronic coronary syndromes. European Heart Journal. 2020;41:407-477 DOI:10.1093/eurheartj/ehz425
19. Spangler S. Acute Pericarditis. Medscape. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/156951-overview
20. El-Nakeep S. Acute Gastritis. Medscape. 2023. https://emedicine.medscape.com/article/175909-overview
21. Levy D, Goyal A, et al. Aortic Dissection. StatPearls. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441963/
22. Rousan T A, Thadani U. Stable Angina Medical Therapy Management Guidelines: A Critical Review of Guidelines from the European Society of Cardiology and National Institute for Health and Care Excellence. European Cardiology Review 2019;14(1):18–22. DOI: https://doi.org/10.15420/ecr.2018.26.1
23. Gulati M, Joglar Jose A, et al. 2021 AHA/ACC/ASE/CHEST/SAEM/SCCT/SCMR Guideline for the Evaluation and Diagnosis of Chest Pain. JOURNAL OF THE AMERICAN COLLEGE OF CARDIOLOGY. 2021;78(22):e187 – e285
24. Roberto M, Verdoia M, et al. Angina in 2022: Current Perspectives. Journal of Clinical Medicine. 2022;11(6891):1-19 DOI: https://doi.org/10.3390/jcm11236891
25. Sinha A, et al. Vasospastic Angina: A Contemporary Review of its Pathophysiology, Diagnosis and Management. Heart International. 2022;16(2):99–104
26. Salokari E, Laukkanen J A, et al. The Duke treadmill score with bicycle ergometer: Exercise capacity is the most important predictor of cardiovascular mortality. European Journal of Preventive Cardiology. 2019;26(2):199–207
27. Yanqiao L, Shen L, et al. Comparison of GRACE and TIMI risk scores in the prediction of in-hospital and long-term outcomes among East Asian non-ST-elevation myocardial infarction patients. BMC Cardiovascular Disorders. 2022;22(4):1-9 DOI: https://doi.org/10.1186/s12872-021-02311-z
28. Spoletini I, et al. Living with stable angina: patients’ pathway and needs in angina. J Cardiovasc Med. 2020;21:377–382
29. Parys A V, Karlssson T, et al. Food Sources Contributing to Intake of Choline and Individual Choline Forms in a Norwegian Cohort of Patients With Stable Angina Pectoris. Front. Nutr. 2021;8(676026):1-8 DOI: 10.3389/fnut.2021.676026
30. Matre A O, Parys A V, et al. The Association of Meat Intake With All-Cause Mortality and Acute Myocardial Infarction Is Age-Dependent in Patients With Stable Angina Pectoris. Front. Nutr. 2021;8(642612):1-10 DOI:10.3389/fnut.2021.642612
31. Diercks D, Boghos E, et al. Changes in the Numeric Descriptive Scale for Pain After Sublingual Nitroglycerin Do Not Predict Cardiac Etiology of Chest Pain. Ann Emerg Med. 2005;45(6):P581-5.

Epidemiologi Angina Pektoris
Penatalaksanaan Angina Pektoris

Artikel Terkait

  • Pemeriksaan Coronary Computed Tomography Angiography untuk Nyeri Dada
    Pemeriksaan Coronary Computed Tomography Angiography untuk Nyeri Dada
  • Mematahkan Dogma Medis Tentang Nyeri Dada
    Mematahkan Dogma Medis Tentang Nyeri Dada
  • Trimetazidine dan Bisoprolol Untuk Penanganan Angina - Telaah Jurnal Alomedika
    Trimetazidine dan Bisoprolol Untuk Penanganan Angina - Telaah Jurnal Alomedika
  • Penggunaan Coronary CT Angiography pada Angina Pektoris Stabil
    Penggunaan Coronary CT Angiography pada Angina Pektoris Stabil
  • 5 Interaksi Serius Obat Kardiovaskuler
    5 Interaksi Serius Obat Kardiovaskuler

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 03 April 2025, 17:07
Bagaimana terapi pasien UAP di klinik yang ditegakkan berdasarkan hasil EKG saja?
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo Dokter. Pasien dgn keluhan nyeri dada hilang timbul, di ulu hati, terkadang muncul saat istirahat terkadang saat tidur. Pasien pernah EKG dan dicurigai...
Anonymous
Dibalas 26 September 2024, 08:39
Terapi pada nyeri dada yang menembus punggung dan memberat saat aktivitas
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Nyeri dada sampai tembus punggung, memberat saat aktivitas, membaik saat istirahat, kadang berdebar2. Namun tidak tersedia ekg. Tx awal apa ya dok yg bisa...
Anonymous
Dibalas 02 Mei 2024, 15:37
T inverted tanpa keluhan nyeri khas angina
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Izin tanya dok.Pada pasien dengan T inverted luas (II, III, aVF, V2-V6) namun tidak ada keluhan nyeri dada khas angina dan tensi dalam batas normal apakah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.