Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Henti Jantung Mendadak general_alomedika 2025-03-28T14:08:35+07:00 2025-03-28T14:08:35+07:00
Henti Jantung Mendadak
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Henti Jantung Mendadak

Oleh :
dr. Nurul Falah
Share To Social Media:

Etiologi henti jantung mendadak biasanya didasari penyakit jantung struktural. Sekitar 70% kasus henti jantung mendadak diakibatkan oleh penyakit jantung iskemik (infark miokardium).[1,3]

Etiologi

Penyakit jantung struktural terbanyak yang dapat menyebabkan henti jantung mendadak adalah infark miokardium. Penyakit lainnya termasuk kardiomiopati, gagal jantung kongestif, displasia ventrikel kanan aritmogenik, kelainan katup jantung, penyakit jantung kongenital (Tetralogy of Fallot), dan tamponade jantung.[1,3]

Sementara itu, etiologi penyakit jantung non struktural meliputi inherited channelopathies (seperti long QT syndrome, short QT syndrome, Sindrom Brugada, sindrom repolarisasi dini, catecholaminergic polymorphic ventricular tachycardia, dan sindrom Wolff-Parkinson-White).[1,2]

Adapun kondisi gawat darurat yang dapat menjadi etiologi henti jantung mendadak yang reversible mencakup hipovolemia, hipoksia, kelebihan ion hidrogen (asidosis), hipoglikemia, hipokalemia, hiperkalemia, hipotermia, tension pneumotoraks, tamponade jantung, toksin, trombosis (emboli paru), trombosis (infark miokardium).[1,2]

Faktor Risiko

Faktor risiko yang memicu kejadian henti jantung mendadak umumnya sama dengan yang memicu penyakit jantung koroner, yaitu faktor risiko yang dapat diubah (modifiable) dan faktor risiko yang tidak dapat diubah (non-modifiable).[1,3]

Faktor Risiko Modifiable

Faktor risiko yang dapat diubah antara lain:

  • Merokok, diperkirakan sepertiga kematian akibat penyakit jantung koroner berhubungan dengan merokok, baik perokok aktif maupun perokok pasif.
  • Diabetes, risiko lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki yang mengalami diabetes. Berdasarkan hasil penelitian Framingham, satu dari dua orang penderita DM akan mengalami kerusakan pembuluh darah dan peningkatan risiko serangan jantung.

  • Hiperlipidemia dan hiperkolesterolemia.
  • Hipertensi, risiko lebih tinggi pada perempuan dibandingkan laki-laki yang mengalami hipertensi. Hasil penelitian Framingham menunjukkan bahwa tekanan darah sistolik 130‒139 mmHg dan tekanan diastolik 85/89 mmHg akan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular sebesar 2 kali lipat dibandingkan dengan tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg.

  • Obesitas sentral, di mana lingkar perut ≥90 cm untuk laki laki dan ≥ 80 cm untuk perempuan akan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.

  • Depresi.

  • Beberapa studi menunjukkan adanya hubungan antara aktivitas fisik dengan penyakit kardiovaskular.
  • Pola makan tinggi kalori, lemak, dan garam, serta rendah serat dapat meningkatkan risiko penyakit kardiovaskular.[1,3]

Faktor Risiko Non-Modifiable

Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain:

  • Ras dan suku bangsa, di mana beberapa penelitian melaporkan bahwa ras kulit hitam lebih berisiko mengalami penyakit kardiovaskular (termasuk henti jantung mendadak) dibandingkan dengan ras kulit putih.
  • Risiko penyakit kardiovaskular meningkat pada usia >55 tahun untuk laki-laki dan >65 tahun untuk perempuan.
  • Jenis kelamin laki-laki lebih berisiko tinggi mengalami penyakit kardiovaskular dibandingkan perempuan, dengan rasio 3:1. Namun, perbedaan prevalensi antara laki-laki dan perempuan dapat berkurang seiring bertambahnya usia.

Riwayat keluarga dengan penyakit jantung koroner ataupun sudden cardiac arrest akan meningkatkan risiko penyakit kardiovaskuler dua kali lebih besar dibandingkan dengan yang tidak memiliki riwayat keluarga.[1,2]

 

Direvisi oleh: dr. Eurena Maulidya Putri P.

Referensi

1. Sovari AA. Sudden Cardiac Death. Medscape. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/151907-overview#a1
2. Patel K, Hipskind JE. Cardiac Arrest. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK534866/
3. Sharabi AF, Singh A. Cardiopulmonary Arrest in Adults. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. 2023. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK563231/

Patofisiologi Henti Jantung Mend...
Epidemiologi Henti Jantung Mendadak

Artikel Terkait

  • Durasi Resusitasi Jantung Paru pada Henti Jantung – Telaah Jurnal Alomedika
    Durasi Resusitasi Jantung Paru pada Henti Jantung – Telaah Jurnal Alomedika
  • Kajian Etik dan Medikolegal dari Do Not Resuscitate
    Kajian Etik dan Medikolegal dari Do Not Resuscitate
  • Sekilas Mengenai Henti Jantung Intraoperatif
    Sekilas Mengenai Henti Jantung Intraoperatif
  • Resusitasi Jantung Paru di Luar Fasilitas Kesehatan
    Resusitasi Jantung Paru di Luar Fasilitas Kesehatan
  • Pembaruan Pedoman ACLS 2024 – Ulasan Guideline Terkini
    Pembaruan Pedoman ACLS 2024 – Ulasan Guideline Terkini

Lebih Lanjut

Diskusi Terbaru
dr. Siti Wahida Aminina
Dibalas kemarin, 13:41
Sertifikat dr alomedika di tolak di plafom skp
Oleh: dr. Siti Wahida Aminina
2 Balasan
Izin bertanya, adakah sertifikat dokter dokter di tolak dr flatfom skp, kenapa ya? Apa salah masukkan data apa gimana?
dr. Eunike
Dibalas kemarin, 18:00
Tinea di groin yang berulang - ALOPALOOZA Dermatologi
Oleh: dr. Eunike
2 Balasan
Alo Dok. Pasien perempuan 40 tahun dengan keluhan gatal dan rash di selangkangan berulang, apakah perlu salep antijamur kombinasi dengan steroids, ya, karena...
dr.Eurena Maulidya Putri P
Dibalas kemarin, 18:49
Ikuti Webinar ber-SKP Kemkes - Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium - Selasa, 27 Mei 2025, Pukul 11.00 – 12.30 WIB
Oleh: dr.Eurena Maulidya Putri P
3 Balasan
ALO Dokter!Ikuti Webinar Alomedika ber-SKP Kemkes "Cegah Preeklamsia dengan Suplementasi Kalsium" untuk mempelajari seberapa efektif kalsium dalam mencegah...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.