Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Delirium general_alomedika 2022-07-01T09:38:25+07:00 2022-07-01T09:38:25+07:00
Delirium
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Delirium

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Etiologi delirium sangat beragam. Pada pasien yang dirawat inap, etiologinya mencakup infeksi, polifarmasi, gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit, serta kegagalan organ.[3]

Hipoperfusi

Hipoperfusi dapat menyebabkan delirium, misalnya pada keadaan gagal jantung kongestif, aritmia, dan anemia.

Infeksi

Delirium dapat disebabkan oleh infeksi, misalnya pada infeksi sistem saraf pusat seperti meningitis dan ensefalitis; infeksi saluran kemih; pneumonia; ataupun sepsis.

Kelainan Metabolik

Beberapa kelainan metabolik yang dapat menyebabkan delirium adalah hipoksia, hipoglikemia atau hiperglikemia, dehidrasi, ketidakseimbangan elektrolit, gangguan asam-basa, dan defisiensi vitamin (terutama tiamin dan sianokobalamin). Delirium juga ditemukan pada pasien dengan gagal hati ataupun gagal ginjal.

Kerusakan Struktur di Otak

Delirium dapat juga disebabkan oleh kerusakan struktur otak, misalnya akibat perdarahan parenkim otak atau subaraknoid, stroke iskemik atau hemoragik, ensefalopati hipertensi, tumor otak, serta cedera kepala.

Medikamentosa

Obat yang dapat menyebabkan delirium antara lain:

  • Antikolinergik seperti scopolamine dan disopyramide
  • Antiparkinson seperti benztropine dan trihexyphenidyl

  • Benzodiazepine seperti alprazolam dan diazepam

  • Opioid analgesic seperti meperidine
  • Antihistamin generasi pertama seperti hydroxyzine, diphenhydramine, dan chlorpheniramine

  • Psikotropika seperti lithium dan amitriptyline

  • Obat kardiovaskular seperti metildopa, reserpine, dan digoxin[1,7,9,12]

Faktor Risiko

Faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian delirium adalah usia tua dan pasien dengan komorbiditas yang kompleks. Delirium juga cenderung terjadi pada pasien dengan riwayat gangguan kognitif, gangguan tidur, tindakan operatif, penggunaan anestesi, disabilitas, dan gangguan sensori.[1,12,13] Penggunaan alkohol juga berhubungan dengan peningkatan risiko delirium.[2]

Polifarmasi (penggunaan lebih dari 5 jenis obat) merupakan salah satu faktor risiko delirium, terutama pada lansia. Jenis obat yang sering terlibat adalah obat-obatan sedatif, analgesik, dan antikolinergik.[2,3] Faktor risiko lain pada lansia yang meningkatkan risiko delirium adalah adanya gangguan pendengaran atau penglihatan, hipertensi, defisit kognitif, infeksi, kadar sodium yang abnormal, penggunaan kateter, dan depresi.[4,13]

Selain faktor risiko, delirium seringkali timbul akibat adanya faktor pemicu (presipitasi), seperti nyeri akut, kehilangan darah, kondisi medis atau infeksi akut, retensi urine atau kateterisasi, dehidrasi, dan faktor psikososial. Pemicu paling sering pada lansia adalah penggunaan obat-obatan baru atau perubahan dosis.[1,12]

 

 

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Paulina Livia Tandijono

Referensi

1. Fitzpatrick S, Owen K. Postoperative Cognitive Disorders: Postoperative Delirium and Postoperative Cognitive Dysfunction. General Anaesthesia, 2018;6.
2. Cerveira CCT, Pupo CC, Santos SDS dos, Santos JEM. Delirium in the elderly: A systematic review of pharmacological and non-pharmacological treatments. Dement. neuropsychol. 2017;11:270–5.
3. Vlisides P, Avidan M. Recent Advances in Preventing and Managing Postoperative Delirium. F1000Res 2019;8:607.
4. Australian Commission on Safety and Quality in Health Care. Delirium Clinical Care Standard. 2021. https://www.safetyandquality.gov.au/sites/default/files/2021-09/delirium_clinical_care_standard_2021.pdf
7. Marcantonio ER. Delirium in Hospitalized Older Adults. N Engl J Med 2017;377:1456–66.
9. Neufeld KJ, Needham DM, Oh ES, Wilson LM, Nikooie R, Zhang A, et al. Antipsychotics for the Prevention and Treatment of Delirium. Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ); 2019
12. Pérez-Ros P, Martínez-Arnau F. Delirium Assessment in Older People in Emergency Departments. A Literature Review. Diseases 2019;7:14.
13. Ocagli H, Bottigliengo D, Lorenzoni G, Azzolina D, Acar AS, Sorgato S, et al. A Machine Learning Approach for Investigating Delirium as a Multifactorial Syndrome. IJERPH 2021;18:7105.

Patofisiologi Delirium
Epidemiologi Delirium

Artikel Terkait

  • Aspek Farmakologis Penanganan Delirium Hiperaktif pada Penyakit Parkinson
    Aspek Farmakologis Penanganan Delirium Hiperaktif pada Penyakit Parkinson
  • Kontroversi Benzodiazepin sebagai Tata Laksana Delirium
    Kontroversi Benzodiazepin sebagai Tata Laksana Delirium
  • Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Anestesi Pasca Operasi pada Geriatri
    Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Anestesi Pasca Operasi pada Geriatri
  • Intervensi Nonfarmakologi untuk Mencegah Delirium
    Intervensi Nonfarmakologi untuk Mencegah Delirium
  • Pemanfaatan Antipsikotik pada Delirium Pasca Operasi
    Pemanfaatan Antipsikotik pada Delirium Pasca Operasi

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Uditia Alham Sakti, Sp.KJ
Dibuat 03 September 2024, 01:06
Delirium pada pasien dengan gangguan ginjal kronik
Oleh: dr. Uditia Alham Sakti, Sp.KJ
0 Balasan
Delirium adalah gangguan kesadaran dan fungsi kognitif yang berkembang secara cepat dan sering disebabkan oleh berbagai faktor medis atau lingkungan. Pada...
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 08 Agustus 2023, 09:29
Intervensi Nonfarmakologi untuk Mencegah Delirium - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter, Delirium adalah kondisi neurofisiologi akut yang sering ditemukan dalam setting rawat inap. Gangguan ini mempunyai onset akut dan cepat, serta...
dr.Tri Ratnawati
Dibuat 06 Agustus 2023, 19:17
Mnemonic "FAKTA" dalam delirium
Oleh: dr.Tri Ratnawati
0 Balasan
F= Fuktuatif--> gejala yang terjadi pada delirium bersifat naik turun atau fluktuatifA=Akut---> kondisi delirium terjadi secara akut K= Kondisi medis umum...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.