Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Delirium general_alomedika 2022-07-01T10:02:28+07:00 2022-07-01T10:02:28+07:00
Delirium
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Delirium

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Langkah awal untuk penatalaksanaan delirium adalah mengidentifikasi dan menangani penyebabnya. Hal tersebut dilakukan sembarimemastikan keamanan lingkungan bagi pasien dan intervensi suportif.[4,9]

Terapi Farmakologi

Sampai saat ini, belum ada modalitas farmakoterapi yang direkomendasikan untuk delirium Belum ada pula obat yang disetujui oleh FDA khusus untuk pengobatan delirium. Farmakoterapi pada delirium dibagi menjadi dua, yaitu farmakoterapi untuk gangguan yang mendasari dan farmakoterapi untuk gejala-gejala delirium. Tata laksana farmakoterapi untuk delirium hanya diindikasikan untuk kasus-kasus tertentu, misalnya delirium yang disertai dengan agitasi atau delirium akibat penggunaan alkohol atau benzodiazepine.[3,16]

Antipsikotik

Obat yang paling banyak diteliti dan digunakan untuk menangani agitasi pada delirium adalah haloperidol. Haloperidol memblokade reseptor dopamine kortikal dan nigrostriatal, serta menghambat asetilkolin. Dosis haloperidol harus dimulai dari dosis paling kecil dan dengan durasi pemberian sesingkat mungkin.

Karena risiko efek samping ekstrapiramidal yang lebih rendah, saat ini antipsikotik atipikal seperti olanzapine, ziprasidone, risperidone atau quetiapin lebih banyak digunakan untuk penanganan delirium. Antipsikotik atipikal dilaporkan sama aman dan efektif dalam penanganan delirium. In treatment patients with underlying parkinsonism atypical antipsychotics are preferred and haloperidol should be avoided.[21,28,29]

Dosis yang dapat diberikan adalah:

  • Haloperidol dosis rendah 0,5–1 mg, dapat diulang 1–2 jam sesuai kebutuhan. Dosis maksimal 5 mg/hari. Obat dapat diberikan secara oral, intramuskular, atau intravena
  • Risperidone oral 0,5–3 mg, setiap 12 jam

  • Olanzapine oral 2,5–15 mg, sekali sehari
  • Quetiapin oral 25–200 mg, setiap 12 jam

Benzodiazepine

Benzodiazepin dapat digunakan untuk delirium yang disebabkan oleh withdrawal alkohol atau benzodiazepine. Benzodiazepine juga dapat menjadi pilihan pada kondisi dimana obat antipsikotik dikontraindikasikan. Pada kondisi lain, benzodiazepine sebaiknya tidak digunakan pada pasien yang delirium. Obat yang menjadi pilihan adalah lorazepam 0,5–1 mg, dapat diulang 1–2 jam sesuai kebutuhan secara per oral atau intravena.[30]

Obat Lain

Ramelteon merupakan agonis reseptor melatonin. Obat ini dapat memperbaiki siklus dan kualitas tidur sehingga mengurangi gejala delirium. Ramelteon diberikan 8 mg secara per oral, 30 menit sebelum tidur.

Vitamin B1 dapat diberikan pada ensefalopati Wernicke. Dosis yang dianjurkan adalah 100 mg (IV), dilanjutkan dengan 50–100mg/hari (IV atau IM).

Vitamin B12 dapat diberikan untuk delirium yang disebabkan kekurangan B12.[2,3,16,17]

Terapi Nonfarmakologi

Pendekatan nonfarmakologi ditujukan untuk meminimalkan dampak agitasi (misalnya dengan restraint fisik) atau justru menjadi strategi pencegahan delirium. Ada berbagai pendekatan nonfarmakoterapi untuk delirium, yaitu manajemen gangguan kognitif, sleep hygiene, mobilisasi awal, dukungan visual dan auditorik, hidrasi, intervensi lingkungan, intervensi untuk reorientasi, intervensi untuk familiarisasi, strategi komunikasi, dan penanganan nyeri.[2,4,18]

Pada pasien usia tua dengan risiko delirium, bisa diberikan intervensi nonfarmakologi untuk mencegah delirium, missal dengan HELP program (Hospital Elder Life Program) yang mencakup.

  • Manajemen gangguan kognitif
  • Sleep hygiene
  • Dukungan visual dan auditorik
  • Mobilisasi awal
  • Hidrasi[2,3,18]

Tabel 1. Evaluasi dan Manajemen Penyebab Delirium yang Bisa Dimodifikasi

Langkah dan isu kunci Evaluasi dan penanganan
Obat-obatan

Pertimbangkan peran etiologi obat-obatan yang baru diterima pasien, peningkatan dosis, interaksi, obat-obat yang dijual bebas, dan konsumsi alkohol.

Untuk obat-obat yang menunjukkan potensi risiko tinggi, pertimbangkan untuk menurunkan dosis, menghentikan obat, atau mengganti dengan obat non psikoaktif

Gangguan elektrolit Lakukan pemeriksaan dan penanganan, khususnya untuk dehidrasi, gangguan keseimbangan natrium, dan abnormalitas tiroid
Kekurangan obat

Lakukan penilaian kemungkinan gejala-gejala putus zat akibat penggunaan sedatif jangka panjang, termasuk alkohol dan obat tidur.

Lakukan penilaian dan tangani nyeri yang tidak tertangani dengan baik (penggunaan analgesik yang terlalu minimal). Gunakan regimen yang meminimalkan penggunaan opioid

Infeksi Evaluasi dan tangani, khususnya infeksi saluran kencing, infeksi saluran napas, dan infeksi jaringan lunak
Penurunan input sensoris Tangani masalah yang berhubungan dengan penglihatan (misalnya penggunaan kacamata) dan pendengaran (misalnya penggunaan alat bantu dengar)
Gangguan intrkranial Pertimbangkan kemungkinan gangguan neurologi  bila ada temuan neurologis fokal baru atau riwayat yang menunjukkan kemungkinan itu, terutama bila penyebab di luar sistem saraf pusat sulit ditemukan
Gangguan urinasi dan fekal Lakukan penilaian dan penanganan kemungkinan retensi urine  dan impaksi fekal
Gangguan miokardial dan pulmoner Lakukan penilaian dan penanganan untuk infark miokard, aritmia, gagal jantung, hipotensi, anemia berat, eksaserbasi PPOK, hipoksia, dan hiperkarbia

(Sumber: dr. Irwan, 2022)

Tabel 2. Pencegahan dan Penanganan Komplikasi

Cegah atau tangani komplikasi
Inkontinensia urine Terapkan jadawal toileting yang teratur
Imobilisasi dan risiko jatuh Hindari restraint fisik, lakukan mobilisasi dengan panduan dan pengawasan, dan terapi fisik
Ulkus dekubitus Mobilisasi teratur, reposisi pasien tirah baring secara teratur, dan monitoring rutin lokasi-lokasi tekanan pada tubuh pasien
Gangguan tidur Terapkan sleep hygiene, termasuk protocol tidur malam hari, hindari penggunaan sedatif, dan minimalkan gangguan jam tidur pasien (misalnya untuk pemeriksaan tanda vital)
Gangguan makan Monitor asupan makanan, bantuan pemberian makan bila diperlukan (misal pemasangan NGT), pencegahan aspirasi, dan suplementasi bila diperlukan

(Sumber: dr. Irwan, 2022)

Tabel 3. Penanganan Tambahan

Pertahankan kenyamanan dan keamanan pasien
Intervensi perilaku Ajarkan staf rumah sakit untuk melakukan tehnik de-eskalasi untuk pasien delirium yang hiperaktif atau agitatif, dorong kunjungan rutin keluarga
Intervensi farmakologis Gunakan antipsikotik potensi tinggi dengan dosis rendah
Pengembalian fungsi
Lingkungan rumah sakit Suasana tenang tanpa suara bising, pencahayaan yang cukup, dorong keluarga untuk membawa benda-benda familiar dari rumah
Rekondisi kognitif Staf rumah sakit membantu reorietasi pasien untuk orang, waktu, dan tempat; setidaknya tiga kali dalam sehari
Kemampuan aktivitas sehari-hari Berikan terapi fisik dan okupasi, setelah delirium membaik, sesuaikan kinerja dengan kemampuan pasien
Edukasi keluarga Berikan edukasi pada keluarga mengenai delirium, penyebab dan reversibilitasnya, cara untuk berinteraksi dengan pasien yang mengalami delirium, dan peran keluarga dalam mengembalikan fungsi pasien

Discharge planning dan edukasi

Berikan peningkatan dukungan untuk beraktivitas harian sebagaimana yang diperlukan setelah pulang, ajarkan keluarga untuk mengikuti status mental pasien sebagai barometer proses pemulihan

(Sumber: dr.Irwan, 2022)

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Paulina Livia Tandijono

Referensi

2. Cerveira CCT, Pupo CC, Santos SDS dos, Santos JEM. Delirium in the elderly: A systematic review of pharmacological and non-pharmacological treatments. Dement. neuropsychol. 2017;11:270–5.
3. Vlisides P, Avidan M. Recent Advances in Preventing and Managing Postoperative Delirium. F1000Res 2019;8:607.
4. Australian Commission on Safety and Quality in Health Care. Delirium Clinical Care Standard. 2021. https://www.safetyandquality.gov.au/sites/default/files/2021-09/delirium_clinical_care_standard_2021.pdf
9. Neufeld KJ, Needham DM, Oh ES, Wilson LM, Nikooie R, Zhang A, et al. Antipsychotics for the Prevention and Treatment of Delirium. Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ); 2019
16. Sanchez Martinez Fatima A, Ruiz Mondragon A, Marín Nieto J, Villaseñor Talavera Yael S. Underdiagnosed Delirium on Elderly Patients in the Emergency Room Principal Author. Int J Crit Care Emerg Med 2021;7.
17. Neufeld KJ, Needham DM, Oh ES, Wilson LM, Nikooie R, Zhang A, et al. Antipsychotics for the Prevention and Treatment of Delirium. Agency for Healthcare Research and Quality (AHRQ), 2019. https://effectivehealthcare.ahrq.gov/products/antipsychotics/research
21. Girard TD et al. Haloperidol and Ziprasidone for Treatment of Delirium in Critical Illness. N Engl J Med. 2018;379(26):2506.
28. Skrobik YK, Bergeron N, Dumont M, Gottfried SB. Olanzapine vs haloperidol: treating delirium in a critical care setting. Intensive Care Med 2004; 30:444.
29. Hawkins SB, Bucklin M, Muzyk AJ. Quetiapine for the treatment of delirium. J Hosp Med 2013; 8:215.
30. Pandharipande P, Shintani A, Peterson J, Pun BT, Wilkinson GR, Dittus RS, Bernard GR, Ely EW. Lorazepam is an independent risk factor for transitioning to delirium in intensive care unit patients. Anesthesiology. 2006;104(1):21.

Diagnosis Delirium
Prognosis Delirium

Artikel Terkait

  • Aspek Farmakologis Penanganan Delirium Hiperaktif pada Penyakit Parkinson
    Aspek Farmakologis Penanganan Delirium Hiperaktif pada Penyakit Parkinson
  • Kontroversi Benzodiazepin sebagai Tata Laksana Delirium
    Kontroversi Benzodiazepin sebagai Tata Laksana Delirium
  • Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Anestesi Pasca Operasi pada Geriatri
    Penurunan Fungsi Kognitif Akibat Anestesi Pasca Operasi pada Geriatri
  • Intervensi Nonfarmakologi untuk Mencegah Delirium
    Intervensi Nonfarmakologi untuk Mencegah Delirium
  • Pemanfaatan Antipsikotik pada Delirium Pasca Operasi
    Pemanfaatan Antipsikotik pada Delirium Pasca Operasi

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. Uditia Alham Sakti, Sp.KJ
Dibuat 03 September 2024, 01:06
Delirium pada pasien dengan gangguan ginjal kronik
Oleh: dr. Uditia Alham Sakti, Sp.KJ
0 Balasan
Delirium adalah gangguan kesadaran dan fungsi kognitif yang berkembang secara cepat dan sering disebabkan oleh berbagai faktor medis atau lingkungan. Pada...
dr. Hudiyati Agustini
Dibalas 08 Agustus 2023, 09:29
Intervensi Nonfarmakologi untuk Mencegah Delirium - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter, Delirium adalah kondisi neurofisiologi akut yang sering ditemukan dalam setting rawat inap. Gangguan ini mempunyai onset akut dan cepat, serta...
dr.Tri Ratnawati
Dibuat 06 Agustus 2023, 19:17
Mnemonic "FAKTA" dalam delirium
Oleh: dr.Tri Ratnawati
0 Balasan
F= Fuktuatif--> gejala yang terjadi pada delirium bersifat naik turun atau fluktuatifA=Akut---> kondisi delirium terjadi secara akut K= Kondisi medis umum...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.