Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Epistaksis general_alomedika 2023-04-05T08:45:27+07:00 2023-04-05T08:45:27+07:00
Epistaksis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Epistaksis

Oleh :
dr. Audiza Luthffia
Share To Social Media:

Penatalaksanaan epistaksis dimulai dari tindakan pengamanan jalan napas serta resusitasi untuk mencapai stabilitas hemodinamik. Pembersihan jalan napas harus segera dilakukan apabila terdapat obstruksi jalan napas akibat darah yang mengalir ke faring. Darah dapat dibersihkan secara perlahan menggunakan alat penghisap (suction).[3,11]

Pada pasien dengan perdarahan hebat dengan tanda-tanda syok hipovolemik, segera lakukan pemasangan akses vena perifer untuk memulai resusitasi cairan. Pemeriksaan darah lengkap, golongan darah, dan crossmatch perlu dilakukan sebagai antisipasi kebutuhan transfusi darah. Pasien dengan obstruksi jalan napas dan hemodinamik tidak stabil harus dirujuk ke unit gawat darurat setelah mendapat tata laksana awal.[10,11]

Bila tidak terdapat gangguan pada jalan napas dan hemodinamik stabil, penatalaksanaan epistaksis berfokus untuk menghentikan perdarahan. Terdapat berbagai cara untuk mengontrol perdarahan, tergantung pada tingkat keparahan dan lokasi sumber perdarahan. Kontrol perdarahan dilakukan secara bertahap, mulai dari metode konservatif dengan medikamentosa atau tindakan noninvasif hingga tindakan pembedahan.

Kompresi Hidung

Pasien dengan perdarahan aktif diposisikan duduk dengan badan membungkuk ke depan dan kepala sedikit menunduk. Posisi tersebut berfungsi untuk mencegah aspirasi atau obstruksi jalan napas. Kompresi hidung dapat dilakukan sebagai langkah awal yang paling sederhana untuk menghentikan perdarahan.

Pemberian vasokonstriktor topikal, seperti oxymetazoline, phenylephrine, atau lidocaine bersamaan dengan kompresi dapat membantu menghentikan perdarahan. Sebagian besar perdarahan ringan dapat teratasi dengan tindakan ini.

Berikut adalah cara melakukan kompresi hidung:

  • Posisikan ibu jari dan telunjuk pada bagian kartilago di kedua sisi hidung
  • Tekan hidung dan lakukan gerakan seperti mencubit yang mengarah ke septum hidung selama 10–15 menit[1-,3,10]

Setelah perdarahan teratasi, lakukan inspeksi terhadap rongga hidung. Seluruh hematoma atau gumpalan darah harus dievakuasi dengan menggunakan suction, irigasi, atau forsep. Bila perdarahan belum teratasi atau pasien dicurigai mengalami epistaksis posterior, rujuk ke dokter spesialis THT untuk evaluasi dan penatalaksanaan lebih lanjut.[1,3,11]

Kauterisasi

Kauterisasi dilakukan apabila perdarahan masih berlangsung setelah kompresi hidung. Tindakan ini dipilih apabila dokter telah mengidentifikasi sumber perdarahan. Tidak dianjurkan melakukan kauterisasi apabila sumber perdarahan belum dapat divisualisasi. Terdapat 2 jenis kauterisasi, yaitu kauterisasi kimia dan elektrik.[3]

Pada kauterisasi kimia, perak nitrat dapat digunakan dengan mengaplikasikan tepat pada sumber perdarahan selama 10–20 detik. Perak nitrat akan menimbulkan reaksi kimia pada membran mukosa yang bermanfaat untuk menghentikan perdarahan.[10,11] Sementara, kauterisasi elektrik atau elektrokauterisasi menggunakan kawat elektroda yang menghantarkan energi panas untuk menghentikan perdarahan. Elektrokauterisasi lebih sering digunakan pada perdarahan hebat, dan sering kali membutuhkan anestesi topikal.[9,11]

Kauterisasi tergolong aman dan efektif untuk dilakukan di fasilitas kesehatan primer, bila alat dan bahan tersedia. Efektivitas kedua metode kauterisasi meningkat dengan bantuan alat endoskopi, terutama untuk lokasi perdarahan di posterior.[9,10] Namun, kauterisasi harus dikerjakan dengan sangat hati-hati karena penggunaan yang berlebihan atau tidak tepat pada titik perdarahan dapat menimbulkan trauma membran mukosa, ulserasi, hingga perforasi septum yang akan memperburuk perdarahan.[1,11]

Nasal Packing

Nasal packing dilakukan apabila sumber perdarahan tidak dapat diidentifikasi atau hemostasis tidak tercapai setelah kompresi maupun kauterisasi. nasal packing adalah penggunaan material tertentu yang dimasukkan ke dalam rongga hidung untuk menghasilkan penekanan terhadap sumber perdarahan.

Material yang umum digunakan adalah kassa gulung yang dilubrikasi dengan pelembap dan salep antibiotik. Prosedur ini juga dikenal dengan teknik tampon hidung. Material lain dapat digunakan untuk nasal packing, seperti selulosa teroksidasi, gel foam, dan nasal balloons[1,3,11]

Pada epistaxis anterior, pemasangan tampon yang telah dilubrikasi dimulai dari bagian dasar rongga hidung, kemudian dibuat berlapis-lapis hingga memenuhi seluruh rongga hidung. Pada epistaksis posterior, nasal packing dilakukan dengan pemasangan tampon Bellocq atau insersi kateter Foley dan inflasi balon nasofaringeal. Pemasangan tampon hidung posterior harus dilakukan oleh tenaga medis yang terlatih karena memiliki risiko tinggi menimbulkan komplikasi. [1,4]

Durasi penggunaan nasal packing bervariasi, tetapi umumnya dilakukan selama 48 jam untuk tampon anterior. Pemberian profilaksis antibiotik dianjurkan untuk mencegah komplikasi infeksi akibat pemasangan tampon. Selain rasa nyeri dan tidak nyaman, komplikasi serius yang mungkin timbul dari nasal packing adalah dislokasi tampon ke posterior, sumbatan jalan napas, hipoksia, dan staphylococcal toxic shock syndrome.

Literatur mendukung bahwa penggunaan nasal packing anterior dapat dilakukan dengan perawatan jalan setelah perangkat dipasang, kemudian dapat kontrol kembali setelah 48 jam.[1, 3,11,12]

Pembedahan

Bila perdarahan tidak dapat terkontrol dengan tindakan konservatif di atas, maka diperlukan tindakan pembedahan oleh dokter spesialis THT. Sebelum dilakukan pembedahan, harus dipastikan target pembuluh darah yang dituju melalui pemeriksaan fisik, endoskopi, dan riwayat medis pasien.

Tiga prosedur pembedahan yang sering dilakukan adalah ligasi arteri karotis eksterna, ligasi arteri maksilaris interna, dan ligasi arteri sfenopalatina. Teknik yang paling sering dilakukan adalah ligasi endonasal arteri sfenopalatina. Ligasi pembuluh darah dapat dilakukan dengan bantuan endoskopi untuk hasil yang lebih memuaskan.[10,11]

Embolisasi

Embolisasi dapat dipilih untuk mengatasi perdarahan yang tidak terkontrol dengan ligasi arteri. Tindakan ini merupakan pilihan pada pasien dengan kondisi medis yang tidak memungkinkan untuk dilakukan operasi. Prosedur ini memiliki tingkat keberhasilan 87–93%. Embolisasi perkutan harus dilakukan oleh spesialis neuroradiologi intervensi yang berpengalaman. Prosedur ini dapat menimbulkan komplikasi fatal berupa iskemia serebrovaskular.[3,9]

Referensi

1. Womack JP, Jill K, Stabile MJ. Epistaxis: Outpatient Management. American Family Physician. 2018; 98(4): 240-245. PMID: 30215971.
2. Soto-Galindo GA, Trevi-o JL. Epistaxis diagnosis and treatment update: A review. Ann Otolaryngol Rhinol. 2017;4(4):1176.
3. Beck R, Sorge M, Schneider A, Dietz A. Current Approaches to Epistaxis Treatmentin Primary and Secondary Care. Dtsch Arztebl Int. 2018; 115: 12–22. DOI: 10.3238/arztebl.2018.0012
4. Tabassom A, Cho JJ. Epistaxis. [Updated 2020 Aug 8]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK435997/
9. Medscape. Epistaxis. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/863220-overview#a1
10. Yau S. An update on epistaxis. Australian Family Physician. 2015 Sep;44(9):653.
11. Kuo CL. Updates on the Management of Epistaxis. Clinical Medicine and Therapeutics. 2019; 1(1):5. DOI: 10.24983/scitemed.cmt.2019.00106.

Diagnosis Epistaksis
Prognosis Epistaksis

Artikel Terkait

  • Efektivitas Asam Traneksamat Topikal untuk Epistaksis pada Pengguna Antiplatelet
    Efektivitas Asam Traneksamat Topikal untuk Epistaksis pada Pengguna Antiplatelet
  • Red Flag Epistaksis
    Red Flag Epistaksis
  • Peran Kauterisasi dalam Tata Laksana Epistaksis Anterior
    Peran Kauterisasi dalam Tata Laksana Epistaksis Anterior
  • Manfaat Asam Traneksamat dalam Manajemen Epistaksis
    Manfaat Asam Traneksamat dalam Manajemen Epistaksis
  • Antibiotik Profilaksis Tidak Diperlukan pada Pemasangan Tampon Anterior Hidung
    Antibiotik Profilaksis Tidak Diperlukan pada Pemasangan Tampon Anterior Hidung

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 12 Desember 2022, 16:02
Penanganan apa yang tepat untuk epistaksis - THT the expert
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Izin bertanya dr. Rano Sp. THT-KL untuk penanganan epistaksis anterior apa diperlukan pemberian cairan seperti epi, lidocain dan lainnya di bagian kapasnya...
Anonymous
Dibalas 22 Mei 2022, 12:57
Cara membuat tampon adrenalin dan lidokain
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, izin bertanya. Bagaimana cara membuat campuran larutan adrenalin 1/5000 dan lidokain 2% untuk mencari sumber perdarahan pada epistaksis...
Anonymous
Dibalas 19 Mei 2022, 11:47
Tatalaksana epistaksis pada pasien dengan polip hidung - THT Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Indra, Sp. THT. Saya ingin bertanya, pada pasien epistaksis anterior yang memiliki polip nasal, bagaimana penanganannya ya dok? apakah pemberian...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.