Komplikasi Dilatasi dan Kuretase
Komplikasi dilatasi dan kuretase cukup jarang terjadi jika prosedur dilakukan sesuai protokol akan tetapi terdapat kemungkinan beberapa ngkinan komplikasi antara lain:
- Perdarahan
- Laserasi serviks
- Perforasi uterus
- Infeksi pascatindakan
- Sinekia pascatindakan
- Komplikasi anestesi
- Penyulit pada kehamilan selanjutnya[6,8]
Perforasi Uterus
Bila dirasakan terlalu banyak mobilitas sisi lateral pada instrumen dapat dicurigai telah terjadi perforasi uterus, karena secara normal dinding uterus akan membatasi mobilitas tersebut. Bila terjadi perforasi, seluruh instrumen harus dikeluarkan dan tidak boleh dimasukkan kembali hanya untuk mengkonfirmasi apakah telah terjadi perforasi atau tidak.
Pada keadaan ini, prosedur kuretase harus dihentikan, perforasi harus dipastikan menggunakan ultrasonografi. Jika terjadi perdarahan hebat, syok, atau kegawatdaruratan lain, lakukan tata laksana yang sesuai. Beberapa kasus bahkan memerlukan tindakan laparoskopi hingga histerektomi dan laparatomi jika perforasi mencapai organ gastrointestinal.[9]
Laserasi Serviks
Serviks dapat mengalami cedera atau laserasi saat didilatasikan atau karena fiksasi dengan instrumen tenakulum.[9]
Komplikasi pada Kehamilan Selanjutnya
Sebuah studi menunjukkan bahwa tindakan dilatasi dan kuretase berhubungan dengan perdarahan postpartum pada kehamilan selanjutnya.[6]
Selain itu juga bisa terjadi Asherman’s syndrome karena kuretase berlebihan yang menyebabkan pengelupasan lapisan basal endometrium. Hal ini menyebabkan timbulnya jaringan parut. Pasien dapat mengalami amenorrhea, siklus menstruasi yang abnormal, nyeri, dan abortus di kemudian hari.
Inkompetensi serviks juga bisa terjadi karena dilatasi yang dipaksakan atau berlebihan.[9]
Direvisi oleh: dr. Dizi Bellari Putri