Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Hiperbilirubinemia general_alomedika 2025-03-19T08:01:09+07:00 2025-03-19T08:01:09+07:00
Hiperbilirubinemia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Hiperbilirubinemia

Oleh :
dr. Steven Johanes Adrian
Share To Social Media:

Diagnosis hiperbilirubinemia berdasarkan klinis jaundice atau ikterus disertai kadar bilirubin serum >3 mg/dL. Diagnosis juga harus meliputi identifikasi penyebab, apakah intrahepatik atau ekstrahepatik, karena tata laksana dilakukan berdasarkan etiologinya.

Anamnesis

Pasien dapat datang tanpa keluhan, atau dengan keluhan seperti perubahan warna kulit menjadi kekuningan, gatal, nyeri perut, nyeri sendi, dan perubahan pada urin dan feses. Pada anamnesis, perlu ditanyakan onset ikterus.

Pada pasien ikterus onset akut, dapat dicurigai kemungkinan penyebab akut seperti hepatitis atau obstruksi traktus biliaris. Proses yang kronik dapat ditemukan pada pasien sirosis hepatis atau obstruksi kronik traktus biliaris. Pasien juga seringkali mengalami keluhan nyeri area anatomi hepar atau sistem bilier.[3,13–15]

Berikut adalah riwayat–riwayat yang perlu ditanyakan dalam mengevaluasi pasien dengan hiperbilirubinemia:

  • Onset
  • Nyeri (karakteristik, lokasi, penjalaran)
  • Demam
  • Penurunan berat badan
  • Riwayat bepergian
  • Riwayat penggunaan alkohol, konsumsi makanan, dan obat–obatan
  • Riwayat penggunaan jarum suntik
  • Riwayat penyakit hepar, seperti hepatitis A, hepatitis B, dan hepatitis C; serta riwayat penyakit herediter, termasuk anemia sel sabit, thalassemia, defisiensi enzim glukosa-6-fosfat dehidrogenase (defisiensi G6PD)[3,13-15]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada hiperbilirubinemia meliputi pemeriksaan kondisi umum, tanda–tanda vital, pemeriksaan fisik abdomen, dan pemeriksaan neurologi yang berkaitan dengan ensefalopati.

Status nutrisi pasien penting karena wasting dapat terjadi pada pasien dengan kanker atau sirosis hepatis. Peningkatan kadar bilirubin paling awal dapat dideteksi pada sklera, dimana sklera akan tampak ikterik pada kadar bilirubin serum 3 mg/dL. Dengan peningkatan bilirubin serum yang semakin tinggi, dapat dilakukan pemeriksaan pada bagian bawah lidah, dan akhirnya kulit.[3,13–15]

Pembesaran limfonodus supraklavikula kiri atau limfonodus periumbilikal dilakukan untuk mendeteksi kemungkinan keganasan abdominal. Pada pemeriksaan fisik abdomen, dilakukan evaluasi adanya hepatomegali, splenomegali, nyeri kuadran kanan atas, dan ascites. Murphy’s sign dapat ditemukan pada kolesistitis.

Pemeriksaan fisik lain dilakukan untuk mengevaluasi tanda–tanda penyakit hepar kronik, yaitu spider angiomata, kontraktur Dupuytren, ginekomastia, hematoma, dan eritema palmar. Hiperbilirubinemia juga menyebabkan perubahan warna urin menjadi seperti teh.[3,13–15]

Diagnosis Banding

Dalam mendiagnosis hiperbilirubinemia, yang perlu dilakukan adalah mencari penyebab peningkatan kadar bilirubin, apakah hiperbilirubinemia berasal dari produksi bilirubin yang berlebih, gangguan konjugasi, atau gangguan ekskresi bilirubin.[14]

Tabel Diagnosis Banding Hiperbilirubinemia-min

Diagram 1. Diagnosis Banding Hiperbilirubinemia. Sumber: Alomedika, 2023[9,24,25]

Peningkatan bilirubin tidak terkonjugasi dapat disebabkan karena produksi berlebih, gangguan uptake, atau gangguan konjugasi. Peningkatan bilirubin terkonjugasi disebabkan oleh penurunan ekskresi bilirubin. Perlu diperhatikan juga berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium apakah hiperbilirubinemia terisolasi atau disertai perubahan hasil laboratorium lainnya yang berkaitan dengan hepar.[14]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang pada hiperbilirubinemia terdiri dari pemeriksaan laboratorium dan pemeriksaan radiologi.

Hasil pemeriksaan laboratorium dapat mengarahkan penyebab hiperbilirubinemia pada pola kolestatik atau intrahepatik. Bila hasilnya mengarah pada kelainan kolestatik, langkah selanjutnya adalah menentukan apakah kolestasis terjadi secara intrahepatik atau ekstrahepatik.

Pemeriksaan ultrasonografi dapat dilakukan untuk menemukan dilatasi traktus biliaris, yang menandakan adanya proses ekstrahepatik. Pemeriksaan menggunakan CT scan, magnetic resonance cholangiopancreatography (MRCP), endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP), dan endoscopic ultrasound (EUS) lebih akurat dibandingkan ultrasonografi untuk menilai koledokolitiasis distal dan caput pankreas.[2,14]

Bila penyebab ekstrahepatik telah disingkirkan, penyebab intrahepatik perlu dipertimbangkan. Penyebab intrahepatik sulit didagnosis hanya dengan anamnesis dan pemeriksaan fisik. Pasien dengan obstruksi intrahepatik dapat mengalami keluhan gatal dan cepat lelah, selain ikterus. Evaluasi laboratorium terkait penyebab intahepatik seperti pemeriksaan serologi hepatitis B dan C, ataupun anti–mitochondrial antibody (AMA) untuk mendiagnosis primary biliary cirrhosis (PBC).[14]

Pemeriksaan Laboratorium

Pemeriksaan laboratorium dalam mengevaluasi hiperbilirubinemia terdiri dari pemeriksaan darah lengkap, bilirubin total, bilirubin direk, bilirubin indirek, alanin transaminase (ALT), aspartat transaminase (AST), alkali fosfatase (ALP), gamma glutamyl–transferase (GGT), waktu protrombin (PT), international normalized ratio (INR), hemostasis, albumin, dan protein. Selain itu, pertimbangkan pula pemeriksaan serologi hepatitis, antimitochondrial antibody (AMA), IgG4, dan biopsi hepar.[1,2,14]

Bilirubin Serum:

Kadar referensi bilirubin serum total pada dewasa adalah 0,3–1,0 mg/dL. Kadar bilirubin indirek adalah 0,2–0,8 mg/dL dan bilirubin direk adalah 0,1–0,3 mg/dL. Pola peningkatan kadar bilirubin baik total, direk, ataupun indirek dapat membantu mendiagnosis penyebab hiperbilirubinemia.[16]

Fungsi Hepar:

Pemeriksaan fungsi hepar terdiri dari pemeriksaan ALT, AST, ALP, dan GGT. Pemeriksaan ini dapat membantu menentukan penyebab hiperbilirubinemia.

  • Bila penyebab hiperbilirubinemia adalah gangguan hepatoseluler, maka ALT dan AST akan meningkat secara tidak proporsional dengan ALP
  • Bila perbandingan AST/ALT adalah 2:1, kemungkinan terjadi penyakit hati terkait alkohol
  • Bila nilai AST dan ALT berkisar 1000, penyebab kerusakan hepatoseluler dapat terjadi akibat toksin, obat–obatan, iskemia, atau viral
  • Peningkatan ALP yang tidak proporsional dengan ALT dan AST menandakan adanya proses kolestatik
  • Peningkatan ALP juga mungkin terjadi pada kondisi penyakit pada parenkim hepar, proses patologis pada tulang, ginjal, usus, dan plasenta
  • Peningkatan GGT terutama ditemukan pada obstruksi bilier, dan dapat juga ditemukan pada kondisi seperti kelainan pankreas, infark miokard, penyakit ginjal, dan diabetes mellitus[1,2,14]

Konfirmasi obstruksi bilier dapat dilakukan dengan pemeriksaan GGT, bila ALP sudah meningkat, untuk menyingkirkan penyakit lainnya yang menyebabkan peningkatan ALP. Kadar GGT serum yang rendah dibandingkan dengan keparahan kolestasis dapat ditemukan pada kondisi yang diturunkan seperti progressive familial intrahepatic cholestasis (PFIC) dan kelainan sintesis asam empedu.

Kadar ALT, AST, ALP yang normal pada pasien dengan hiperbilirubinemia menandakan adanya penyebab prehepatik, kelainan darah, proses konjugasi, atau defek ekskresi hepatik. Pada pasien dengan sirosis hepatis, jumlah parenkim hepar normal berkurang, sehingga mungkin tidak terdapat peningkatan enzim hepar.[1,2,14]

Fungsi Sintesis Hepar:

Fungsi sintesis hepar dapat diukur dengan pemeriksaan albumin dan PT. Albumin secara normal disintesis oleh hepar sebanyak 15 g/hari. Penurunan produksi albumin dapat terjadi pada gangguan fungsi hepar, toksin, atau stres. Hipoalbuminemia menggambarkan kondisi kronis, seperti kanker atau sirosis.

Waktu protrombin (PT) mengukur konversi protrombin menjadi trombin menggunakan faktor koagulasi II, V, VII, dan X yang disintesis hepar. Pada gangguan hepar, produksi faktor koagulasi menurun, sehingga PT memanjang.

Perpanjangan PT juga dapat menggambarkan defisiensi vitamin K karena ikterus yang lama, malabsorbsi vitamin K, dan koagulasi intravaskular diseminata. Bila waktu protrombin tidak mengalami perbaikan dengan pemberian vitamin K, maka kemungkinan penyebabnya adalah cedera hepatoseluler.[2,14,15]

Pemeriksaan Radiologi:

Pemeriksaan radiologi pada hiperbilirubinemia terutama dilakukan untuk mengevaluasi pola kolestatik. Pola kolestatik dapat dibedakan menjadi intrahepatik dan ekstrahepatik. Pemeriksaan awal dapat dilakukan dengan ultrasonografi untuk mengevaluasi dilatasi bilier.

Ultrasonografi memiliki keterbatasan seperti penurunan sensitivitas pada pasien obesitas dan adanya gas pada usus. Endoscopic retrograde cholangiopancreatography (ERCP) merupakan baku emas untuk mendiagnosis sumber kolestasis ekstrahepatik, namun magnetic resonance cholangiopancreatography (MRCP) lebih aman dan noninvasif dengan sensitivitas dan spesifisitas yang cukup baik.[14]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

1. Chen H-L, Wu S-H, Hsu S-H, Liou B-Y, Chen H-L, Chang M-H. Jaundice revisited: recent advances in the diagnosis and treatment of inherited cholestatic liver diseases. Journal of Biomedical Science. 2018 Oct 26;25(1):75.
2. Joseph A, Samant H. Jaundice. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK544252/
3. Sullivan JI, Rockey DC. Diagnosis and evaluation of hyperbilirubinemia. Current Opinion in Gastroenterology. 2017 May;33(3):164–170.
9. Fargo MV, Grogan SP, Saguil A. Evaluation of Jaundice in Adults. Am Fam Physician. 2017; 95(3): 164-168. https://www.aafp.org/pubs/afp/issues/2017/0201/p164.html
10. Wong MCS, Huang J. The growing burden of liver cirrhosis: implications for preventive measures. Hepatol Int. 2018 May 1;12(3):201–3.
14. Gondal B, Aronsohn A. A Systematic Approach to Patients with Jaundice. Semin Intervent Radiol. 2016;33(4):253-258. doi:10.1055/s-0036-1592331
15. Harrison’s Principles of Internal Medicine, 20e | AccessMedicine | McGraw-Hill Medical. https://accessmedicine.mhmedical.com/book.aspx?bookid=2129
16. Pagana KJ, Pagana TJ, Pagana TN. Mosby’s Diagnostic and Laboratory Test Reference, 14th Edition - 9780323609692. 2019.

Epidemiologi Hiperbilirubinemia
Penatalaksanaan Hiperbilirubinemia

Artikel Terkait

  • Fototerapi dan Peningkatan Risiko Kanker
    Fototerapi dan Peningkatan Risiko Kanker
  • Penanganan Painless Jaundice pada Pasien Dewasa
    Penanganan Painless Jaundice pada Pasien Dewasa
  • Komplikasi Hepatitis A yang Tidak Umum
    Komplikasi Hepatitis A yang Tidak Umum
  • Red Flag Ikterus Neonatorum
    Red Flag Ikterus Neonatorum
  • Hepatitis Akut Misterius pada Anak-Anak
    Hepatitis Akut Misterius pada Anak-Anak

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.Imanniar Galuh Purwandari
Dibalas 14 April 2023, 11:40
Bayi usia 14 masih tampak ikterus, apakah perlu rujukan ke spesialis anak lagi?
Oleh: dr.Imanniar Galuh Purwandari
2 Balasan
Ijin diskusi dokAda bayi usia 14 hari , post fototerapi usia 5 hari selama 2x24 jam , bilirubin awal 15,95 bilirubin post fototerapi 11 , oleh dokter sp.a...
Anonymous
Dibalas 14 Oktober 2022, 08:07
Pekerja pembuat makanan memiliki penyakit hepatitis A
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Selamat sore Izin diskusi dok jika di site Karyawan catering bertugas menangani makan sudah melakukan MCU dan ternyata anti HAV IgM (+) . Lalu sekitar 7 hari...
Anonymous
Dibalas 20 Juli 2022, 08:13
Pasien anak usia 7 bulan dengan penyakit kuning
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Seorang anak 7 bln kuning mucul tiba2 sejak 4 hr yll. Muntah 1 x isi susu. Keluhan lain disangkal. Anak msh ktf. Bb tb normal. Pasien suka makan buah naga....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.