Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Edukasi dan Promosi Kesehatan HIV yogi 2023-08-04T09:56:28+07:00 2023-08-04T09:56:28+07:00
HIV
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Edukasi dan Promosi Kesehatan HIV

Oleh :
dr. Putri Kumala Sari
Share To Social Media:

Edukasi dan promosi kesehatan mengenai infeksi HIV berperan besar dalam menghilangkan stigma dan diskriminasi terhadap pasien terinfeksi HIV. Selain itu, karena HIV masih belum memiliki pengobatan definitif hingga kini, edukasi dan promosi kesehatan akan penting untuk meningkatkan kesadaran terkait pencegahan dan deteksi dini.[3,6]

Edukasi Pasien

Setelah terkonfirmasi HIV positif, pasien diberikan konseling pasca diagnosis mengenai pencegahan, pengobatan dan pelayanan infeksi HIV, yang mempengaruhi transmisi HIV dan status kesehatan pasien. Pasien perlu diedukasi untuk mencegah transmisi HIV dengan menggunakan kondom secara benar dan konsisten, menggunakan alat suntik steril sekali pakai, serta tidak menjadi donor darah maupun produk darah atau organ dan jaringan tubuh lainnya.

Pasien juga perlu diedukasi bahwa obat antiretroviral (ARV), seperti zidovudin, harus diminum seumur hidup dengan tingkat kepatuhan yang tinggi dan harus diikuti dengan pengurangan perilaku berisiko dalam upaya pencegahan transmisi HIV. Petugas kesehatan perlu membantu pasien agar patuh minum obat, yaitu dengan konseling dan motivasi terus menerus.[3,6,10]

Petugas kesehatan juga perlu menawarkan pemeriksaan HIV kepada pasangan seksual pasien. Anak yang lahir dari ibu HIV positif juga ditawarkan pemeriksaan HIV secara aktif, demikian pula orang tua dari bayi atau anak yang terdiagnosis infeksi HIV.[3,6,7,10]

Promosi Kesehatan

Promosi kesehatan melibatkan berbagai sektor dan dukungan dari pemerintah. Promosi kesehatan mengenai infeksi HIV/AIDS dilakukan melalui iklan layanan masyarakat, kampanye penggunaan kondom pada setiap hubungan seks berisiko, promosi kesehatan bagi remaja dan dewasa muda, serta peningkatan kapasitas tenaga kesehatan dan tenaga non-kesehatan terlatih dalam promosi pencegahan penyalahgunaan zat dan penularan HIV.[7,10]

Masyarakat dapat turut berperan serta dalam upaya promosi kesehatan dengan mempromosikan perilaku hidup sehat, meningkatkan ketahanan keluarga, serta mencegah terjadinya stigma dan diskriminasi terhadap orang terinfeksi HIV maupun komunitas populasi kunci. Lingkungan warga dapat membentuk dan mengembangkan Warga Peduli AIDS dan mendorong warga masyarakat yang berisiko untuk memeriksakan diri ke pelayanan konseling dan tes HIV sukarela (voluntary counseling and testing/VCT).[3]

Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

Pencegahan dan penanggulangan infeksi HIV meliputi pencegahan transmisi seksual, pencegahan transmisi nonseksual, pencegahan transmisi vertikal (ibu ke anak), serta pencegahan pra dan pasca pajanan.[2,3,15]

Pencegahan Transmisi Seksual

Pencegahan transmisi seksual dilakukan dengan ABCDE:

  • Abstinence: tidak melakukan hubungan seksual bagi orang yang belum menikah

  • Be faithful: setia dengan pasangan, hanya berhubungan seksual dengan pasangan tetap yang diketahui tidak terinfeksi HIV

  • Condom use: menggunakan kondom secara konsisten untuk hubungan seks dengan pasangan yang telah terinfeksi HIV atau infeksi menular seksual

  • Don’t use Drug: menghindari penyalahgunaan obat dan zat adiktif

  • Education and Equipment: meningkatkan kemampuan pencegahan melalui edukasi, termasuk menggunakan peralatan dan jarum suntik steril[2,3,6,15]

Pencegahan Transmisi Nonseksual

Pencegahan transmisi nonseksual antara lain:

  • Uji saring darah pendonor
  • Pencegahan infeksi HIV pada tindakan medis dan nonmedis yang melukai tubuh: menggunakan peralatan steril, mematuhi standar prosedur operasional, memperhatikan kewaspadaan umum (universal precaution)
  • Pengurangan dampak buruk pada pengguna narkoba suntik: program layanan alat suntik steril, konseling perubahan perilaku, dukungan psikososial, dan mendorong pengguna khususnya pecandu opiat untuk menjalani program terapi rumatan[3,10,15]

Pencegahan Transmisi Vertikal

Pencegahan transmisi vertikal dilakukan melalui:

  • Pencegahan penularan HIV pada perempuan usia reproduktif: VCT antenatal atau menjelang persalinan, terutama pada ibu hamil yang tinggal di daerah dengan epidemi meluas atau memiliki keluhan infeksi menular seksual atau tuberkulosis (TB)

  • Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan dengan HIV positif
  • Pencegahan penularan HIV dari ibu hamil ke janin
  • Pemberian dukungan psikologis, sosial dan perawatan kepada ibu dengan infeksi HIV beserta anak dan keluarganya[3,6,7,10,15]

Pencegahan Transmisi HIV Pra-Pajanan

Profilaksis pra-pajanan HIV atau pre-exposure prophylaxis (PrEP) adalah pemberian ARV profilaksis untuk mengurangi risiko terinfeksi HIV pada pasien HIV negatif dengan perilaku berisiko tinggi. PrEP dapat memberikan proteksi maksimal setelah 7 hari konsumsi rutin pada receptive anal sex, dan setelah 21 hari konsumsi rutin pada receptive vaginal sex atau pengguna narkoba suntik.

Sebelum memulai terapi PrEP, perlu dilakukan tes HIV untuk memastikan kondisi tidak terinfeksi HIV (HIV negatif). Regimen PrEP yang digunakan yaitu tenofovir 300 mg dan emtricitabine 200 mg.[3,6,7,15]

Pencegahan Transmisi HIV Pasca-Pajanan

Pencegahan pasca pajanan atau post-exposure prophylaxis (PEP) adalah pemberian terapi ARV dalam waktu singkat untuk mengurangi kemungkinan terinfeksi HIV setelah terpapar ketika bekerja atau setelah kekerasan seksual. PEP sebaiknya diberikan sesegera mungkin pada semua kejadian pajanan yang berisiko, idealnya dalam waktu 72 jam setelah pajanan. Namun, jika orang yang terpapar baru bisa mengakses layanan sesudah 72 jam, pemberian PEP tetap dapat dipertimbangkan. PEP diberikan selama 28 hari.[3,6,7]

Pilihan obat PEP harus didasarkan pada regimen terapi ARV lini pertama yang digunakan, juga mempertimbangkan kemungkinan resistensi ARV pada sumber pajanan. Pilihan regimen nucleoside reverse transcriptase inhibitors (NRTI) untuk PEP adalah tenofovir dengan emtricitabine atau lamivudin untuk remaja dan dewasa.

Pada anak usia kurang dari 10 tahun, direkomendasikan regimen PEP dengan zidovudin dan lamivudin. Regimen alternatif lain yang dapat dipilih yaitu abacavir dengan lamivudin atau tenofovir dengan lamivudin. Regimen lopinavir/ritonavir juga dapat digunakan sebagai pilihan PEP alternatif lain untuk anak, remaja dan dewasa.[3,6,7]

Vaksinasi

Hingga saat ini belum ada vaksin untuk penyakit infeksi HIV/AIDS.[3]

 

 

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Abi Noya

Referensi

2. World Health Organization. HIV/AIDS. 2021. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/hiv-aids
3. Centers for Disease Control and Prevention. HIV. 2021. https://www.cdc.gov/hiv/basics/whatishiv.html
6. Gilroy SA. HIV infection and AIDS. 2021. https://emedicine.medscape.com/article/211316-overview#showall
7. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran Tatalaksana HIV,. 2019 https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/PNPK_HIV_Kop_Garuda__1_.pdf
8. Huerta L. Editorial: Anti-infective 2020: HIV-From pathogenesis to treatment. Curr Opin Pharmacol. 2020;54:x-xii. doi:10.1016/j.coph.2020.12.001
9. Volberding PA. HIV Treatment and Prevention: An Overview of Recommendations From the IAS-USA Antiretroviral Guidelines Panel. Top Antivir Med. 2017 Feb/Mar;25(1):17-24.
10. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Program Pengendalian HIV AIDS dan PIMS di Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. 2017. https://siha.kemkes.go.id/portal/files_upload/BUKU_3_PENGENDALIAN_HIV_COLOR_A5_15x21_cm.pdf
15. World Health Organization. Global HIV Programme. 2022. https://www.who.int/teams/global-hiv-hepatitis-and-stis-programmes/hiv/overview

Prognosis HIV

Artikel Terkait

  • Penanganan TB-HIV
    Penanganan TB-HIV
  • Pemeriksaan HIV Generasi Keempat Memiliki Angka Positif Palsu yang Tinggi
    Pemeriksaan HIV Generasi Keempat Memiliki Angka Positif Palsu yang Tinggi
  • Mencegah dan Mengatasi Needle Stick Injury
    Mencegah dan Mengatasi Needle Stick Injury
  • Red Flag Keringat Malam
    Red Flag Keringat Malam
  • Rekomendasi Pemeriksaan HIV Menurut WHO
    Rekomendasi Pemeriksaan HIV Menurut WHO

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 11 Maret 2025, 09:44
Hasil Anti HIV Non reaktif pasca berhubungan seks 4 bulan sebelumnya
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo Dokter. Izin bertanya dok, apakag Hasil Anti HIV Non reaktif Pasca berhubungan seks 4 Bulan sebelumnya Sudah Akurat ? Dan apakah pemeriksaan anti HIV di...
Anonymous
Dibalas 07 Maret 2025, 11:11
Efektivitas tatalaksana candidiasis oral pasien HIV
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo Dokter mau tanya. Pasien hiv dgn candidiasis oral lebih efektif mana pake obat nistatin tab atau nistatin suspensi yaa ts ? Mohon pencerahannya
dr. Lucy Novita Sari
Dibalas 04 Maret 2025, 23:00
Profilaksis HIV pada dewasa
Oleh: dr. Lucy Novita Sari
4 Balasan
Alo Dok. Izin bertanya.Kemaren saya sempat dapat pasien b20 di fktp.profilaksis pada psien dewasa dengan bb 50 kg, adalah cotrimoksazol dgn dosis 960 mg ya...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.